Halaman
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 41
Cyan 41
41
sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1.
PENDAHULUAN
Bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga setengah
abad masih ingin kembali berkuasa. Meskipun tahu Indonesia sudah menjadi negara
berdaulat, Belanda kembali ke Indonesia, membonceng pada pasukan Sekutu yang
mengambil alih kekuasaan pasca kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Tentu saja
para pemimpin bangsa Indonesia tidak menerima hal ini dan siap mempertahankan
kemerdekaan RI. Pertumpahan darah tidak bisa dihindari dalam dua kali Agresi Militer.
Berkat kegigihan pejuang dan campur tangan PBB, kemerdekaan dan kedaulatan RI
akhirnya diakui melalui berbagai perundingan.
Kemerdekaan yang diraih dan dipertahankan dengan tetesan darah ternyata tidak
diisi secara semestinya. Roda pemerintahan dan politik selama masa Orde Lama
semakin hari semakin mengecewakan. Pemerintah jatuh ke dealam godaan
penyalahgunaan kekuasaan. Eksperimen demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin
menjadi contoh betapa penguasa menjalankan kekuasaan hanya demi kekuasaan itu
sendiri. Padahal, kekuasaan yang benar harus membawa segenap bangsa Indonesia
menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
42
Black 42
Cyan 42
Usaha Mempertahankan
Kemerdekaan
Berbagai Peristiwa
Pasca Kedaulatan
Berjuang Mem-
pertahankan
Kemerdekaan
Indonesia
•
Jepang menyerah
tanpa syarat kepa-
da Sekutu
•
Tentara Sekutu
tiba di Indonesia
untuk mengambil
alih kekuasaan.
•
Orang NICA
masuk ke Indone-
sia bersama ten-
tara Sekutu.
•
NICA
mempersenjatai
KNIL.
•
Rakyat Indonesia
berperang mela-
wan kekuasaan
asing.
Lahirnya Republik
Indonesia Serikat
Kembali ke Negara
Kesatuan Republik
Indonesia
Mempraktikkan de-
mokrasi liberal me-
nyebabkan krisis
berkepanjangan
dalam segala bidang
kehidupan.
¦¦
¦¦
¦
¦¦
¦¦
¦
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
X
XX
XX
X
Demokrasi terpimpin
yang membawa kri-
sis politik dan kehan-
curan bangsa.
XX
XX
X
•
Pertempuran di
berbagai daerah di
Indonesia.
•
Agresi Militer
Belanda I dan II.
•
Dari meja
perundingan yang
satu ke meja pe-
rundingan lainnya.
•
Kedaulatan
Indonesia diakui.
XX
XX
X
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 43
Cyan 43
43
Setelah teks proklamasi dibacakan tidak berarti
kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia terse-
but bebas dari ancaman dan gangguan bangsa lain.
Kemerdekaan yang sudah diraih harus tetap diper-
tahankan. Ancaman yang dihadapi bangsa Indone-
sia yang baru merdeka itu datang baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.
Pada waktu itu, Belanda ingin kembali menja-
jah Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia untuk
mempertahankan kemerdekaan itu dilakukan baik
dengan perjuangan bersenjata maupun perjuangan
di meja perundingan atau perjuangan diplomasi.
2.1.1 Latar Belakang
Kekalahan Jepang tanpa syarat kepada Sekutu
mengakibatkan Jepang kehilangan semua jajahan-
nya termasuk Indonesia. Jepang harus menyerah-
kannya kepada Sekutu. Tugas pengambilalihan ke-
kuasaan dari tangan Jepang dilakukan oleh Koman-
do Asia Tenggara
(South East Asia Command)
. Pasukan
ini dipimpin Laksamana
Lord Louis Mountbatten
.
Untuk melaksanakan tugas itu, Mountbatten mem-
bentuk komando khusus yang diberi nama
Allied
Forces Netherlands East Indies
(AFNEI). AFNEI dipim-
pin
Letnan Jenderal Sir Philip Christison
. Tugas
AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan
Jepang.
Membebaskan para tawanan perang dan in-
terniran Sekutu.
Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang un-
tuk dipulangkan ke Jepang.
Menegakkan dan mempertahankan keadaan
damai untuk kemudian diserahkan kepada pe-
merintah sipil.
Menghimpun keterangan tentang penjahat pe-
rang dan menuntut penjahat perang.
Pasukan Sekutu dan AFNEI mendarat di Jakarta
pada tanggal 29 September 1945. Kedatangan
Sekutu semula disambut dengan sikap terbuka
oleh pihak Indonesia. Namun setelah diketahui
bahwa pasukan Sekutu datang bersama orang-or-
ang NICA, sikap Indonesia berubah menjadi curiga
dan kemudian bermusuhan. Situasi semakin
memanas karena or ang-orang NICA mem-
persenjatai bekas tentara KNIL yang baru dibe-
baskan dari tahanan Jepang. Orang-orang NICA
dan KNIL di Jakarta, Surabaya, dan Bandung mu-
lai memancing kerusuhan dengan cara melakukan
provokasi. Di kota-kota yang didatangi pasukan
Sekutu sering terjadi insiden. Bahkan sering terjadi
pertempuran antara pihak Sekutu dengan pihak
Bung Tomo Tanpa Gelar Pahlawan
pun terbersit dalam benak keluarga Bung Tomo untuk
mengajukan permohonan kepada pemerintah agar
ikon perjuangan arek-arek Surabaya itu mendapat
gelar pahlawan. Kesaksian rakyat atas perjuangan
Bung Tomo dianggap cukup untuk mengukuhkan Bung
Tomo sebagai pejuang raky at.
(Sumber: Kompas, 10
November 2007).
Diskusikanlah dalam sebuah kelompok kecil!
1. Pernahkan kamu mendengar nam a Bung Tomo
sebelum membaca kutipan di atas?
2. Mengapa nama Bung T omo sangat terkenal da-
lam sejarah Indonesia?
3. Percayakah kamu bahwa Bung Tomo belum men-
dapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah
meskipun sudah ikut berjuang mempertahankan
kemerdekaan melawan penjajah?
4. Perlukah Bung Tomo mendapat gelar pahlaw an
nasional? Jelaskan pendapatmu!
S
etiap peringatan Hari Pahlawan 10 November,
suara Bung Tomo yang berapi-api dan men g-
gelegar kembali terdengar. Pekikan kemerde-
kaan dan teriakan takbir Bung T omo diperdengarkan
berulang-ulang.
Gaya khas pidato Bung T omo yang penuh sema -
ngat selalu muncul di layar televisi. Pidato retorisnya
saat itu mampu mengobarkan perjuangan rakyat
Surabaya menghadapi kembalinya pasukan penjajah
Netherlands Indies Civil Administration
(NICA) yang
masuk bersama tentara Sekutu.
Dalam berbagai buku sejarah, nama Bung T omo
selalu disebut-sebut sebagai tokoh sentral pertem-
puran 10 November 1945 di Surabaya. Seruan heroik
Bung Tomo dalam siaran radionya untuk menentang
Belanda tertulis dalam sejarah Indonesia dengan
tinta emas.
Namun, tokoh yang tak diragukan lagi peranan
dan kepahlawanannya ini ternyata belum diakui
pemerintah sebagai pahlawan nasional. Tak sedikit
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
44
Black 44
Cyan 44
Republik Indonesia. Pertempuran itu terjadi karena
pasukan Sekutu tidak menghormati kedaulatan
bangsa Indonesia.
Tentu saja kedatangan NICA di Indonesia tidak
bisa diterima karena Indonesia sudah merdeka.
Kedatangan NICA adalah sebuah ancaman bagi
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, timbul
pertentangan antara pasukan Sekutu dan Belanda
dengan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia berju-
ang untuk mempertahankan kemerdekaan yang
sudah diraih. Perjuangan rakyat Indonesia itu dila-
kukan baik dengan perjuangan bersenjata maupun
perjuangan diplomasi.
2.1.2 Perjuangan Bersenjata
Beberapa peristiwa pertempuran antara pasu-
kan Sekutu dan Belanda melawan rakyat Indone-
sia terjadi di berbagai daerah, antara lain pertem-
puran di Surabaya, Bandung lautan api, pertem-
puran Medan area, peristiwa merah putih di Mana-
do, pertempuran di Jakarta dan sekitarnya, pertem-
puran di Ambarawa, agresi militer Belanda perta-
ma, agresi militer Belanda kedua, serangan umum
1 Maret 1949.
A. Insiden bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya
terjadi
insiden bendera
. Insiden ini berpangkal pada
tindakan beberapa orang Belanda yang mengibar-
kan bendera merah putih biru di atas
Hotel Yamato
di jalan Tunjungan.
Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan
rakyat. Mereka menyerbu hotel dan menurunkan
bendera Belanda tersebut. Bagian yang berwarna
biru dirobek. Mereka mengibarkannya kembali se-
bagai bendera merah putih.
B. Pertempuran lima hari di Semarang
Pertempuran di Semarang dipicu peristiwa
yang terjadi pada tanggal 14 Oktober 1945. Pada
waktu itu, kira-kira 400 orang veteran AL Jepang
yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik
gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberon-
tak sewaktu mereka dipindahkan ke Semarang.
Mereka menyerang polisi Indonesia yang menga-
wal mereka.
Mereka melarikan diri dan bergabung dengan
Kidobutai
di Jatingaleh.
Kidobutai
adalah sebuah ba-
talyon Jepang di bawah pimpinan
Mayor Kido
.
Mereka bergerak melakukan perlawanan dengan
alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang
Jepang yang tertawan.
Situasi bertambah panas dengan adanya desas-
desus bahwa cadangan air minum di Candi telah
diracuni. Pihak Jepang memperuncing keadaan ka-
rena melucuti delapan orang polisi Indonesia yang
menjaga tempat tersebut. Alasannya untuk meng-
hindarkan peracunan cadangan air minum itu.
Pertempuran mulai pecah pada dini hari tang-
gal 15 Oktober 1945. Para pemuda dan pejuang In-
donesia bertempur melawan pasukan
Kidobutai
yang dibantu oleh batalyon Jepang lain yang kebe-
tulan sedang singgah di Semarang. Pertempuran
yang paling banyak menelan korban terjadi di
Simpang Lima, berlangsung selama lima hari
Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur
Wongsonegoro
dan pemimpin TKR berunding de-
ngan komandan tentara Jepang. Proses gencatan
senjata dipercepat setelah
Brigadir Jenderal Bethel
dari pasukan Sekutu ikut terlibat dalam perunding-
an pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu
kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan
pasukan Jepang.
Untuk mengenang pertempuran di Semarang,
maka di Simpang Lima didirikan
Monumen Perju-
angan Tugu Muda
.
C. Pertempuran di Surabaya
Kontak senjata yang terjadi di Surabaya antara
pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu berkaitan
dengan usaha perebutan kekuasaan dan senjata da-
ri tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 Sep-
tember 1945. Perebutan tersebut membangkitkan
pergolakan, yang kemudian berubah menjadi revo-
lusi yang konfrontatif.
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang
dipimpinan
Brigjen A.W.S. Mallaby
mendarat di
Surabaya. Mereka bertugas untuk melucuti serda-
Gambar 2.1.1
Anggota pasukan Sekutu yang ditugaskan di Indonesia
di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison
mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 45
Cyan 45
45
du Jepang dan membebaskan para interniran. Ke-
datangan Mallaby disambut oleh
R.M.T.A. Suryo
(Gubernur Jawa Timur). Dalam pertemuan itu di-
hasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut.
Inggris berjanji bahwa di antara tentara Ing-
gris tidak terdapat angkatan perang Belanda.
Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak
untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
Akan segera dibentuk
Contact Bureau
(Biro Kon-
tak) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-
baiknya.
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, maka Inggris diizin-
kan masuk kota Surabaya. Ternyata dalam praktik-
nya, Inggris tidak menepati janjinya. Pasukan Ing-
gris justru berusaha menguasai Surabaya.
Secara kronologis serangan Inggris terhadap
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
Tanggal 26 Oktober 1945, satu peleton
Field Secu-
rity Section
di bawah pimpinan
Kapten Shaw
menyerang sebuah penjara di Kalisosok dan
juga pusat-pusat penting lainnya, seperti pang-
kalan udara, kantor pos, dan gedung pemerin-
tahan.
Tanggal 27 Oktober 1945, pasukan Inggris me-
nyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perin-
tah, agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur me-
nyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang.
Dengan kejadian ini maka p ihak Indonesia
menginstruksikan kepada semua pemuda un-
tuk siap siaga penuh menghadapi segala ke-
mungkinan yang akan terjadi. Akhirnya terjadi
juga kontak senjata antara pemuda Indonesia
dan Inggris. Semua pemuda di seluruh kota me-
nyerang Inggris dengan segala kemampuan.
Tanggal 28 Oktober 1945, pemuda Indonesia me-
nyerang pos-pos Sekutu di seluruh Surabaya.
Pada tanggal 29 Oktober 1945, komando Sekutu
menghubungi Presiden Soekarno untuk me-
nyelamatkan pasukan Inggris agar tidak me-
ngalami kehancuran total. Presiden Soekarno
dan Jenderal Mallaby mengadakan perunding-
an. Pertemuan itu menghasilkan dua kesepa-
katan, yaitu penghentian kontak senjata dan
keberadaan RI diakui oleh Inggris.
Cara menghindari kontak senjata diatur seba-
gai berikut.
5
Surat-surat selebaran yang d isebarkan ti-
dak berlaku lagi.
5
Kota Surabaya tidak dijaga oleh tentara Se-
kutu kecuali kamp-kamp tawanan.
5
TKR dan Polisi diakui oleh Sekutu.
5
Tanjung Perak untuk sementara waktu dia-
wasi bersama TKR, Polisi, dan tentara Seku-
tu untuk menyelesaikan penerimaan ban-
tuan berupa obat-obatan untuk tawanan
perang.
Tanggal 30 Oktober 1945, seluruh Biro Kontak
menuju ke beberapa tempat.
Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Da-
lam salah satu insiden yang belum pernah ter-
ungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemu-
kan meninggal.
Tanggal 9 November 1945, pimpinan tentara
Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum
kepada rakyat. Ultimatum dari pasukan Seku-
tu tersebut pada pokoknya berisi:
5
tuntutan pertanggungjawaban pihak Indo-
nesia atas terbunuhnya Mallaby;
5
instruksi yang menuntut agar semua pe-
mimpin dan orang-orang Indonesia yang
bersenjata harus melapor. Mereka harus
meletakkan senjatanya di tempat-tempat
yang telah ditentukan;
5
mereka harus menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas.
Batas waktu ultimatum tersebut ialah jam
06.00 tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemim-
pin dan rakyat Surabaya.
Batas ultimatum akhirnya habis. Maka pecah
pertempuran hebat antara pasukan Indonesia
dan Inggris. Pertempuran sengit terjadi pada
tanggal 10 November 1945. Pasukan Inggris
yang dilengkapi dengan peralatan perang cang-
gih menggempur para pejuang Indonesia.
Dalam pertempuran tidak seimbang yang ber-
langsung sampai awal bulan Desembe r 1945
itu telah gugur beribu-ribu pejuang.
Gambar 2.1.2
Brigjend Mallaby dan Dr. Soegiri sedang
berkeliling kota Surabaya memberitahukan adanya
penghentian tembak-menembak.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
46
Black 46
Cyan 46
Salah satu tokoh dan pemimpin perjuangan
rakyat Surabaya adalah
Bung Tomo
. Dalam per-
tempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus
mengobarkan semangat rakyat supaya terus maju,
pantang mundur.
Peristiwa di Surabaya merupakan gambaran
keberanian dan kebulatan tekad bangsa Indonesia
untuk membela tanah air dan kemerdekaan. Seka-
rang peristiwa 10 November diabadikan sebagai
Hari Pahlawan dan Tugu Pahlawan di tengah Kota
Surabaya melambangkan keberanian dan sema-
ngat juang bangsa Indonesia.
D. Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran di Ambarawa diawali kedatang-
an tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945. Mereka datang untuk mengurus ta-
wanan perang. Pihak Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Ternyata Sekutu diboncengi oleh NICA. Insiden
bersenjata mulai timbul di Magelang. Kejadian itu
meluas menjadi pertempuran setelah pasukan Se-
kutu membebaskan para interniran Belanda di Ma-
gelang dan Ambarawa.
Gencatan senjata terjadi setelah Presiden Soe-
karno turun tangan. Akan tetapi, secara diam-diam
Sekutu meninggalkan Magelang menuju Ambara-
wa pada tanggal 21 November 1945.
Mayor Sumar-
to
memimpin perlawanan TKR dan para pemuda
menentang tentara Sekutu.
Gerakan tentara Sekutu berhasil ditahan di de-
sa Jambu berkat bantuan dari resimen kedua yang
dipimpin
M. Sarbini
, batalyon Polisi Istimewa di
bawah pimpinan
Onie Sastroatmodjo
, dan batal-
yon dari Yogyakarta. Dalam pertempuran di desa
Jambu pada tanggal 26 November 1945 itu,
Letkol
Isdiman
(Komandan Resimen Banyumas) gugur .
Kolonel Soedirman
(Panglima Divisi di Purwoker-
to) segera mengambil alih pimpinan.
Setelah mengadakan konsolidasi dengan para
Komandan Sektor, Kolonel Soedirman memimpin
pertempuran melawan Sekutu pada tanggal 12 De-
sember 1945. Dalam waktu satu setengah jam, TKR
sudah mengepung kota Ambarawa. Empat hari ke-
mudian tentara Sekutu mundur ke Semarang.
E. Pertempuran Medan Area
Berita proklamasi Republik Indonesia baru
sampai di kota Medan pada tanggal 27 Agustus
1945. Keterlambatan berita tersebut karena su-
litnya komunikasi dan sensor ketat terhadap be-
rita-berita oleh tentara Jepang. Berita proklamasi
kemerdekaan dibawa oleh
Mr. Teuku M. Hassan
,
yang diangkat menjadi gubernur Sumatera.
Pada tanggal 13 September 1945, para pemuda
yang dipelopori oleh
Achmad Tahir
membentuk
Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober
1945, Barisan Pemuda Indonesia beraksi mengam-
bil alih gedung-gedung pemerintah dan merebut
senjata-senjata milik tentara Jepang.
Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan Sekutu
yang diboncengi serdadu Belanda dan NICA di ba-
wah pimpinan
Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly
mendarat di kota Medan. Sebelumnya, Belanda su-
dah mendaratkan suatu kelompok komando yang
dipimpin oleh
Westerling
. Reaksi awal para pemu-
da atas kedatangan Sekutu tersebut adalah mem-
bentuk TKR di Medan.
Tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran
pertama antara para pemuda dan pasukan Sekutu.
Ini merupakan awal perjuangan bersenjata yang
dikenal sebagai pertempuran
Medan Area
.
Konfrontasi antara pejuang kemerdekaan dan
serdadu NICA segera menjalar ke seluruh Kota Me-
dan. Karena insiden antara pasukan pejuang ke-
merdekaan dan tentara NICA terus terjadi, maka
pada tanggal 18 Oktober 1945 pihak Sekutu menge-
luarkan maklumat yang berisi larangan terhadap
rakyat untuk membawa senjata dan semua senjata
yang dimiliki harus diserahkan kepada Sekutu.
Pada tanggal 1 Desember 1945, AFNEI mema-
sang sejumlah papan bertuliskan
Fixed Boundaries
Medan Area
(Batas Resmi Wilayah Medan) di berba-
gai sudut pinggiran kota Medan. Papan nama itu-
lah yang membuat pertempuran di Medan dan
sekitarnya dikenal sebagai
Pertempuran Medan Area
.
Kemudian, Sekutu dan NICA mengadakan aksi
pembersihan unsur-unsur RI di seluruh kota. Para
pejuang Indonesia membalas aksi-aksi tersebut.
Pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu
melancarkan serangan militer besar-besaran, yang
dilengkapi dengan pesawat tempur canggih. Selu-
ruh daerah Medan dijadikan sasaran serangan.
Gambar 2.1.3
Bung Tomo membakar semangat para
pejuang di Surabaya dalam menghadapi Sekutu.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 47
Cyan 47
47
F. Pertempuran di Jakarta
Sama seperti yang terjadi di Bandung, orang-
orang NICA dan KNIL terus melakukan provokasi-
provokasi bersenjata sehingga memancing kema-
rahan masyarakat. Orang-orang KNIL sendiri
dimanfaatkan oleh NICA demi kepentingan Belanda
dengan cara mempersenjatai mereka. Keadaan di
Jakarta pun menjadi kacau dan sulit dikendalikan.
Tentara Belanda kian merajalela. Sementara itu,
pendaratan pasukan marinir Belanda di T anjung
Priok pada tanggal 30 Desember 1945 membuat ke-
adaan menjadi tambah gawat.
Mengingat situasi keamanan yang semakin
memburuk di Jakarta, Presiden dan Wakil Presiden
pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta,
dan kemudian ibukota Republik Indonesia pun
turut pindah ke Yogyakarta (Lihat:
30 Tahun Indo-
nesia Merdeka. 1945-1949
: hlm. 79).
G. Peristiwa Merah Putih di Manado
Seperti di tempat-tempat lain, pasukan Sekutu
yang mendarat di Sulawesi Utara juga membon-
cengi orang-orang NICA. Orang-orang NICA
kemudian mempersenjatai bekas tentara KNIL
yang ditawan Jepang. Sejak akhir tahun 1945,
pasukan Sekutu menyerahkan Sulawesi Utara
kepada pasukan NICA. Pasukan NICA bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat.
Rakyat Sulawesi Utara bereaksi dengan mem-
bentuk
Pasukan Pemuda Indonesia
(PPI). PPI berencana
menyerang pasukan NICA. Akan tetapi, rencana
tersebut bocor sehingga para pemimpin PPI di-
tangkap dan dipenjarakan.
Pada tanggal 14 Februari 1946, para pejuang
PPI menyerbu markas NICA di Teling. Mereka ber-
hasil membebaskan pimpinan PPI dan menawan
komandan NICA beserta pasukannya. Selanjutnya,
para pejuang merobek bendera merah putih biru
Belanda dan menjadikannya bendera merah putih.
Bendera itu kemudian dikibarkan di markas Belan-
da di Teling. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal
dengan nama peristiwa merah putih di Manado.
Para pejuang dapat mengusir NICA dari Sula-
wesi Utara. Pada tanggal 16 Februari 1946, peme-
rintah sipil terbentuk. Pemerintahan sipil itu di-
pimpin oleh
B. W. Lapian
sebagai residen.
H. Bandung lautan api
Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu mema-
suki kota Bandung. Pada waktu itu, para pemuda
dan para pejuang kota Bandung sedang melaksa-
nakan pemindahan kekuasaan dan melucuti sen-
jata atau peralatan perang lainnya dari t angan Je-
pang. Tentara Sekutu menuntut para pemuda dan
pejuang agar menyerahkan semua hasil pelucutan
tentara Jepang kepada Sekutu.
Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu me-
ngeluarkan ultimatum pertama, agar kota Ban-
dung bagian utara selambat-lambatnya pada
tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak
Indonesia dengan alasan demi keamanan. Para pe-
juang Republik Indonesia tidak mengindahkan ul-
timatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden
antara pejuang Indonesia dan tentara Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret 1946, tentara Sekutu me-
ngeluarkan ultimatum untuk yang kedua kalinya.
Kali ini para pejuang diminta meninggalkan selu-
ruh kota Bandung. Pihak pemerintah mengindah-
kan ultimatum ini. Para pejuang sebelum mening-
galkan kota Bandung melancarkan serangan umum
ke arah markas besar Sekutu dan berhasil membu-
mihanguskan kota Bandung bagian selatan.
I. Pertempuran Margarana
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, Belanda men-
daratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Pada waktu
itu, Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang bera-
da di Yogyakarta untuk berkonsultasi dengan mar-
kas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen
Sunda Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda.
Akibat perundingan Linggarjati, daerah kekua-
saan de facto Republik Indonesia yang diakui hanya
terdiri dari Jawa, Madura, dan Sumatera. Hal itu
berarti Bali tidak diakui sebagai bagian dari Repu-
blik Indonesia. I Gusti Ngurah Rai juga mendapati
pasukannya terpencar-pencar. Sementara itu, Be-
landa sedang mengusahakan berdirinya satu ne-
gara boneka di wilayah Indonesia bagian timur. I
Gusti Ngurah Rai dibujuk Belanda untuk bekerja
sama. Ajakan tersebut ditolak I Gusti Ngurah Rai.
Gambar 2.1.4
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai duduk di
sebelah kiri (memakai selempang dada). Ia memimpin
pertempuran di Margarana melawan Belanda.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
48
Black 48
Cyan 48
Pada tanggal 18 November 1946, I Gusti Ngurah
Rai menyerang Belanda. Pasukan Ngurah Rai ber-
hasil mengusai Tabanan. Namun, karena kekuatan
pasukan yang tidak seimbang akhirnya pasukan
Ngurah Rai dapat dikalahkan dalam pertempuran
puputan (habis-habisan) di Margarana, sebelah
utara Tabanan. I Gusti Ngurah Rai gugur bersama
anak buahnya.
Gugurnya I Gusti Ngurah Rai melicinkan jalan
bagi usaha Belanda untuk membentuk “Negara In-
donesia Timur”.
J. Pertempuran lima hari di Palembang
Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada
tanggal 12 Oktober 1945. Pasukan ini dipimpin oleh
Letnan Kolonel Carmichael
. Bersama pasukan Se-
kutu ikut pula aparat NICA.
Pemerintah Indonesia di Palembang menentu-
kan bahwa pasukan Sekutu hanya diizinkan men-
diami daerah Talang Semut. Akan tetapi, mereka
tidak mengindahkan peraturan itu. Insiden dengan
pemuda meletus ketika mereka menggeledah ru-
mah-rumah penduduk untuk mencari senjata.
Sekutu terus menambah kekuatannya di Pa-
lembang. Pada bulan Maret 1946, pasukan Sekutu
sudah berjumlah dua batalyon. Sekutu juga melin-
dungi masuknya pasukan Belanda.
Jumlah pasukan Belanda semakin bertambah.
Ketika meninggalkan kota Palembang, Sekutu me-
nyerahkan kedudukannya kepada Belanda. Per-
tempuran Belanda dan para pemuda meletus keti-
ka Belanda meminta para pemuda dan peju-ang
mengosongkan kota Palembang. Belanda mengajak
berunding dan melakukan gencatan senjata.
Sementara perundingan berlangsung, pada
tanggal 1 Januari 1947 pertempuran meletus kem-
bali. Pertempuran berlangsung selama lima hari
lima malam. Seperlima bagian kota Palembang
hancur. Pada tanggal 6 Januari 1947 dicapai perse-
tujuan gencatan senjata antara Belanda dan Peme-
rintah Republik Indonesia di Palembang.
K. Agresi Militer Belanda I
Perselisihan pendapat akibat perbedaan pe-
nafsiran ketentuan-ketentuan dalam persetujuan
Linggarjati makin memuncak. Belanda berusaha
untuk menyelesaikan “masalah Indonesia” dengan
cepat.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirim-
kan nota kepada pemerintah Repub lik Indonesia.
Nota itu berupa ultimatum yang harus dijawab
dalam waktu 14 hari. Isi nota itu antara lain sebagai
berikut.
Membentuk pemerintahan
ad interim
bersama.
Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan
lembaga devisa bersama
Republik Indonesia harus mengirimkan beras
untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki
Belanda.
Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban
bersama, termasuk daerah-daerah Republik In-
donesia yang memerlukan bantuan Belanda
(
gendarmerie
bersama).
Menyelenggarakan penilikan bersama atas im-
por dan ekspor.
Perdana Menteri Syahrir menolak
gendarmerie
bersama. Kemudian, Amir Syarifuddin yang me-
mimpin kabinet berikutnya kembali memberikan
jawaban yang pada dasarnya sama.
Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali me-
ngirim nota. Belanda tetap menuntut
gendarmerie
bersama dan minta agar Republik Indonesia meng-
hentikan permusuhan terhadap Belanda. Dalam
waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi
jawaban kepada Belanda.
Pada tanggal 17 Juli 1947, Pemerintah Republik
Indonesia memberi jawaban yang disampaikan
Amir Syarifuddin melalui RRI Yogyakarta. Jawab-
an itu ditolak Belanda.
Pada tanggal 20 Juli 1947,
van Mook
mengu-
mumkan bahwa pihak Belanda tidak mau berun-
ding lagi dengan Indonesia. Belanda tidak terikat
lagi dengan Perjanji an Linggarjati. Pada tanggal
21 Juli 1947, Belanda menyerang daerah-daerah Re-
publik Indonesia. Serangan militer ini dikenal de-
ngan nama
Agresi Militer I.
Belanda menyebut agresi ini dengan sebutan
Aksi Polisionil
. Menurut Belanda, seluruh Indonesia
adalah wilayah kekuasaannya yang utuh setelah
Belanda menyatakan diri tidak terikat lagi pada
Perjanjian Linggarjati.
Gambar 2.1.5
Pesawat Dakota yang membawa obat-
obatan dari Singapura jatuh ditembak pesawat Belanda
pada tanggal 29 Juli 1947 di Y ogyakarta. Para penerbang
Indonesia yang gugur antara lain: A. Adisutjipto, Dr.
Abdurrachman Saleh, dan Adisumarno Wirjokusumo.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 49
Cyan 49
49
Sasaran utama Agresi Militer Belanda I adalah
Jawa dan Sumatera. J awa dan S umatera menjadi
sasaran utama dengan alasan untuk mempersem-
pit wilayah RI dan ingin menduduki kota-kota yang
strategis dan penting.
Dalam Agresi Militer I ini, Belanda berhasil me-
nguasai Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah sebelah
utara, sebagian Jawa Timur, Madura, dan sebagian
Sumatera Timur. Di daerah-daerah tersebut Belan-
da mendirikan negara-negara bagian.
Belanda melancarkan agresi militer dengan tu-
juan sebagai berikut.
Mengepung ibu kota RI dan menghapuskan ke-
daulatan RI
(tujuan politik)
.
Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan
bahan ekspor
(tujuan ekonomi)
.
Menghancurkan TNI
(tujuan militer)
.
Agresi Militer I ini mendapat reaksi dari dunia
internasional. Inggris dan Amerika Serikat tidak
menyetujui tindakan agresi ini. India dan Austra-
lia mengajukan usul agar soal Indonesia dibahas
dalam Dewan Keamanan.
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan
PBB mendesak Indonesia dan Belanda untuk meng-
adakan gencatan senjata. Pada tanggal 4 Agustus
1947, Republik Indonesia dan Belanda mengu-
mumkan gencatan senjata. Dengan demikian,
berakhirlah Agresi Militer Belanda yang pertama.
Meskipun secara resmi telah ada gencatan
senjata, Belanda masih berusaha memperluas wi-
layahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang
dikuasai Belanda itulah yang dituntut sebagai garis
demarkasi. Garis demarkasi ialah garis khayal
yang kemudian dikenal sebagai “Garis van Mook”.
Untuk mengawasi pelaksanaan gencatan sen-
jata dibentuk Komisi Konsuler. Anggota komisi ber-
asal dari beberapa Konsul Jenderal di Indonesia.
Komisi ini diketuai oleh
Dr. Walter Foote
(Konsul
Jenderal Amerika Serikat). Anggotanya terdiri dari
Konsul Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris, dan
Australia. Dalam laporannya kepada Dewan Kea-
manan PBB, Komisi Konsuler menyatakan bahwa:
sejak tanggal 30 Juli - 4 Agustus 1947, pasukan
Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan
militer;
pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi
(Garis van Mook) yang dituntut Belanda; dan
perintah penghentian tembak-menembak dira-
sakan tidak memuaskan.
L. Agresi Militer Belanda II
Pertikaian yang terjadi di kalangan Republik
akibat dari perjanjian Renville, kegoncangan di
kalangan TNI, serta penumpasan pemberontakan
PKI di Madiun menyita kekuatan Republik Indo-
nesia. Situasi itu memberi kesempatan bagi Belanda
untuk menekan Republik Indonesia.
Perundingan-perundingan yang dilakukan di
bawah pengawasan KTN selalu menemui jalan
buntu. Pada tanggal 13 Desember 1948, Mohammad
Hatta meminta kembali KTN untuk menyelengga-
rakan perundingan dengan Belanda.
Pada tanggal 18 Desember 1948,
Dr. Beel
me-
nyatakan bahwa pihak Belanda tidak mengakui
dan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville
Oleh karena itu Belanda merasa bebas melaksana-
kan agresi terhadap Republik Indonesia.
Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan
Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948
dengan menyerbu Yogyakarta. Lapangan terbang
Maguwo dapat dikuasai Belanda. Serangan Belanda
ke Yogyakarta dilakukan sangat mendadak. Dalam
waktu yang relatif singkat, Yogyakarta dapat diku-
asai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap Belanda.
Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda
antara lain Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim,
Mohammad Roem, dan A.G. Pringgodigdo. Mereka
diterbangkan ke Prapat, Sumatera. Presiden Soe-
karno sebelum ditawan memberi kuasa kepada
Safruddin Prawiranegara
yang berada di Sumatera
untuk membentuk pemerintahan darurat (Peme-
rintah Darurat Republik Indonesia/PDRI) di Bukit
Tinggi (Sumatera Barat).
Dengan Agresi Militer II dapat dikatakan bahwa
Belanda memperoleh kemenangan besar , karena
dapat menangkap semua pucuk pimpinan RI. Akan
Gambar 2.1.6
Tentara Belanda bergerak memasuki kota
Yogyakarta dalam agresi militer Belanda II pada tanggal
19 Desember 1948.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
50
Black 50
Cyan 50
tetapi, dengan aksi penawanan oleh Belanda ter-
sebut ternyata RI tidak lenyap. Belanda harus
berhadapan dengan pasukan g erilya yang kerap
menyulitkan pihak Belanda. Kontak senjata dan di-
plomasi terus dilakukan.
Serbuan Belanda atau Agresi Militer II menda-
pat reaksi masyarakat internasional. Pada tanggal
7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia
atas terjadinya serbuan Belanda datang dari Ame-
rika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat terhadap
Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-per-
nyataan sebagai berikut.
Amerika Serikat menghentikan semua bantuan
kepada Belanda sampai negeri ini menghenti-
kan permusuhannya dengan Indonesia.
Mendesak pihak Belanda supaya menarik pasu-
kannya ke belakang garis
status quo Renville
.
Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia
yang ditawan sejak 18 Desember 1948.
Mendesak Belanda untuk membuka kembali
perundingan yang jujur dengan Indonesia atas
dasar persetujuan Renville.
Rasa simpati dunia internasional tidak hanya
datang dari Amerika Serikat, tetapi juga dari Ru-
sia, Cina, Kolumbia, dan negara-negara anggota PBB
lainnya.
Karena tekanan politik dan militer itulah akhir-
nya Belanda mau menerima perintah Dewan Kea-
manan PBB untuk menghentikan agresinya.
M. Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret dilancarkan oleh
pasukan RI untuk merebu t kembali Yogyakarta
(Ibu kota Republik Indonesia) yang dikuasai oleh
Belanda sejak agresi militer kedua.
Beberapa waktu sebelum serangan umum di-
lancarkan,
Letkol Soeharto
sebagai komandan Bri-
gade 10 melakukan komunikasi dan koordinasi
dengan penggagasnya, yaitu
Sri Sultan Hameng-
kubuwono IX
(Kepala Daerah Istimewa Yogyakar-
ta). Koordinasi itu penting untuk menyusun stra-
tegi serangan umum 1 Maret 1949. Selain itu, bebe-
rapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup ke
dalam kota Yogyakarta, di antaranya adalah kesa-
tuan khusus di bawah pimpinan
Kap-ten Widodo
.
Beliau bertugas untuk memutuskan hubungan
antara pos-pos penjagaan Belanda d i dalam kota,
antara lain dengan memasang ranjau darat.
Untuk mempermudah koordinasi penyerang-
an, wilayah penyerangan dibagi atas 5 sektor, yaitu:
sektor barat, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual,
sektor selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono,
sektor utara, dipimpin oleh Mayor Kusno,
sektor kota, dipimpin oleh Letnan Amir Murto-
no dan Letnan Marsudi, dan
sektor barat, di bawah pi mpinan Letkol Soe-
harto (sampai perbatasan Malioboro).
Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulai-
nya serangan adalah bunyi sirene pukul 06.00 pagi
yang biasa dibunyikan di kota Y ogyakarta waktu
itu. Pasukan Belanda tidak menduga akan ada se-
rangan, sehingga dalam waktu yang relatif singkat
pasukan TNI berhasil memukul mundur semua po-
sisi pasukan Belanda dan memaksa mereka berta-
han dalam markasnya di dalam kota Y ogyakarta.
Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta
selama enam jam, sesuai dengan rencana semula,
sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota
sebelum pasukan bantuan Belanda tiba.
Berita serangan ini disiarkan keluar melalui pe-
mancar radio di Wonosari. Waktu Belanda melan-
carkan serangan balasan, pemancar radio tersebut
menjadi sasaran utama. Peristiwa serangan umum
1 Maret 1949 ini juga dilaporkan oleh R. Sumardi
ke pemerintah PDRI di Bukittinggi melalui radio-
gram. Berita ini kemudian disampaikan kepada Ma-
ramis (diplomat RI di New York).
Serangan umum 1 Maret mempunyai arti pen-
ting, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Serangan umum 1 Maret mencapai tujuannya, yai-
tu sebagai berikut.
Ke dalam:
5
mendukung perjuangan diplomasi;
5
meninggikan semangat rakyat dan TNI
yang sedang bergerilya; dan
5
secara tidak langsung telah mempengaruhi
sikap para pemimpin negara federal ben-
tukan Belanda (seperti negara Pasundan,
negara Sumatra Timur dan negara Indone-
sia Timur) yang tergabung dalam
Bijeen-
komst Federal Voor Overleg
(BFO).
Ke luar:
5
menunjukkan kepada dunia internasional
bahwa TNI masih ada dan mampu menga-
dakan serangan; dan
5
mematahkan moral pasukan Belanda.
2.1.3 Perjuangan Diplomasi
Perjuangan bangsa Indonesia untuk memper-
tahankan kemerdekaan juga dilakukan di meja pe-
rundingan atau perjuangan diplomasi. Perjuangan
diplomasi dilakukan, misalnya dengan mencari
dukungan dunia internasional dan berunding lang-
sung dengan Belanda.
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 51
Cyan 51
51
A. Mencari dukungan internasional
Perjuangan mencari dukungan internasional
lewat PBB dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tindakan langsung dilakukan de-
ngan mengemukakan masalah Indonesia di hadap-
an sidang Dewan Keamanan PBB. Tindakan tidak
langsung dilakukan melalui pendekatan dan hu-
bungan baik dengan negara-negara yang akan
mendukung Indonesia dalam sidang-sidang PBB.
Negara-negara yang mendukung Indonesia antara
lain sebagai berikut.
Australia
Australia bersedia menjadi anggota Komisi
Tiga Negara. Australia juga mendesak Belanda
agar menghentikan operasi militernya di Indo-
nesia. Australia berperan dalam membentuk
opini dunia internasional untuk mendukung
Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
India
India merupakan salah satu negara yang me-
ngakui kedaulatan Indonesia dalam forum in-
ternasional. India juga mempelopori Konferensi
Inter-Asia untuk mengumpulkan dukungan
bagi Indonesia. Konferensi Inter-Asia dilaksa-
nakan pada tahun 1949.
Negara-negara Liga Arab
Negara Mesir, Lebanon, Suriah, dan Saudi
Arabia mengakui kedaulatan Indonesia. Penga-
kuan ini mempengaruhi pandangan internasi-
onal terhadap Indonesia.
Negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB
Para tokoh politik Indonesia mengadakan pen-
dekatan dengan negara-negara anggota Dewan
Keamanan PBB. Pendekatan yang dilakukan
Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim dalam
sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan
Agustus 1947 berhasil mempengaruhi negara-
negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk
mendukung Indonesia.
B. Berunding dengan Belanda
Indonesia juga mengadakan perundingan lang-
sung dengan Belanda. Berbagai perundingan yang
pernah dilakukan untuk menyelesaikan konflik In-
donesia-Belanda misalnya: Perundingan Linggar-
jati, Perjanjian Renville, Persetujuan Roem-Royen,
Konferensi Inter-Indonesia, dan Konferensi Meja
Bundar.
a.a.
a.a.
a.
Permulaan perundingan-perundingan
Permulaan perundingan-perundingan
Permulaan perundingan-perundingan
Permulaan perundingan-perundingan
Permulaan perundingan-perundingan
dengan Belanda (10 Februari 1946)
dengan Belanda (10 Februari 1946)
dengan Belanda (10 Februari 1946)
dengan Belanda (10 Februari 1946)
dengan Belanda (10 Februari 1946)
Panglima AFNEI (Letnan Jenderal Christison)
memprakarsai pertemuan Pemerintah RI dengan
Belanda untuk menyelesaikan pertikaian Belanda
dan RI. Serangkaian perundingan pendahuluan di
lakukan.
Archibald Clark Kerr
dan
Lord Killearn
dari Inggris bertindak sebagai penengah. Perun-
dingan dimulai pada tanggal 10 Februari 1946. Pada
awal perundingan,
H.J. van Mook
menyampaikan
pernyataan politik pemerintah Belanda. Kemudian
pada tanggal 12 Maret 1946, pemerintah Republik
Indonesia menyampaikan pernyataan balasan.
b.b.
b.b.
b.
Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan di Hooge Veluwe
Perundingan di Hooge Veluwe
(14(14
(14(14
(14
––
––
–
25 April 1946)
25 April 1946)
25 April 1946)
25 April 1946)
25 April 1946)
Setelah beberapa kali diadakan pertemuan pen-
dahuluan, diselenggarakanlah perundingan resmi
antara pemerintah Belanda dengan Pemerintah RI
untuk menyelesaikan konflik. Perundingan dilaku-
kan di
Hooge Veluwe
negeri Belanda pada tanggal
14 - 25 April 1946. Perundingan mengalami kega-
galan.
c.c.
c.c.
c.
Perundingan gencatan senjata
Perundingan gencatan senjata
Perundingan gencatan senjata
Perundingan gencatan senjata
Perundingan gencatan senjata
(20(20
(20(20
(20
–
30 September 1946)
30 September 1946)
30 September 1946)
30 September 1946)
30 September 1946)
Banyaknya insiden pertempuran antara peju-
ang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda
mendorong diadakannya perundingan gencatan
senjata. Perundingan diikuti wakil dari Indonesia,
Sekutu, dan Belanda. Perundingan dilaksanakan
dari tanggal 20 - 30 September 1946. Perundingan
tidak mencapai hasil yang diinginkan.
d.d.
d.d.
d.
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)
Lord Killearn berhasil membawa wakil-wakil
Pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perun-
dingan. Perundingan berlangsung di rumah Konsul
Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7 Oktober
1946.
Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri
Sutan Syahrir. Delegasi Belanda diketuai oleh Prof.
Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, ma-
salah gencatan senjata yang gagal perundingan
tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibica-
rakan lagi dalam tingkat panitia yang diketuai Lord
Killearn.
Gambar 2.1.7
Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sudjatmoko, dan Soemitr o
Djojohadikusumo menghadiri sidang Dewan Keamanan
PBB pada bulan Agustus 1947.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
52
Black 52
Cyan 52
Perundingan tingkat panitia menghasilkan per-
setujuan gencatan senjata sebagai berikut.
Gencatan senjata diadakan atas dasar kedu-
dukan militer pada waktu itu dan atas dasar
kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan
Senjata untuk masalah-masalah teknis pelak-
sanaan gencatan senjata.
Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indo-
nesia dan komisi umum Belanda sepakat untuk
menyelenggarakan perundingan politik “secepat
mungkin”.
e.e.
e.e.
e.
Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Perundingan Linggarjati (10 November 1946)
Sebagai kelanjutan perundingan-perundingan
sebelumnya, sejak tanggal 10 November 1946 di
Linggarjati di Cirebon, dilangsungkan perunding-
an antara Pemerintah RI dan komisi umum Belan-
da.
Perundingan di Linggarjati dihadiri oleh bebera-
pa tokoh juru runding, antara lain sebagai berikut:
Inggris, sebagai pihak penengah diwakili oleh
Lord Killearn.
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir
(Ketua),
Mohammad Roem (anggota), Mr. Susanto Tirto-
projo, S.H. (anggota), Dr. A.K Gani (anggota).
Belanda, diwakili Prof. Schermerhorn
(Ketua),
De Boer (anggota), dan Van Pool (anggota).
Perundingan di Linggarjati tersebut mengha-
silkan keputusan yang disebut perjanjian Linggar-
jati. Berikut ini adalah isi Perjanjian Linggarjati.
Belanda mengakui secara
de facto
Republik Indo-
nesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Suma-
tera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus
meninggalkan daerah
de facto
paling lambat pa-
da tanggal 1 Januari 1949.
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja
sama dalam membentuk negara Serikat dengan
nama RIS. Negara Indonesia Serikat akan terdi-
ri dari RI, Kalimantan dan Timur Besar . Pem-
bentukan RIS akan diadakan sebelum ta nggal
1 Januari 1949.
RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indone-
sia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ke-
tua.
Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Be-
landa dan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947
dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara
Jakarta.
Perjanjian Linggarjati bagi Indonesia ada segi
positif dan negatifnya.
Segi positifnya ialah adanya pengakuan
de facto
atas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan Suma-
tera.
Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari
Sabang sampai Merauke, yang selu as Hindia
Belanda dulu tidak tercapai.
f.f.
f.f.
f.
Melibatkan Komisi Tiga Negara
Melibatkan Komisi Tiga Negara
Melibatkan Komisi Tiga Negara
Melibatkan Komisi Tiga Negara
Melibatkan Komisi Tiga Negara
Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Kea-
manan PBB membentuk sebuah Komisi Jasa Baik.
Komisi ini kemudian terkenal dengan sebutan
Komisi Tiga Negara. Anggota KTN terdiri dari
Ri-
chard Kirby
(wakil Australia),
Paul van Zeeland
(wakil Belgia), dan
Frank Graham
(wakil Amerika
Serikat). Dalam pertemuannya pada tanggal 20 Ok-
tober 1947, KTN memutuskan bahwa tugas KTN
di Indonesia adalah untuk membantu menyelesai-
kan sengketa antara RI dan Belanda dengan cara
damai. Pada tanggal 27 Oktober 1947, KTN tiba di
Jakarta untuk memulai pekerjaannya.
g.g.
g.g.
g.
Perjanjian Renville
Perjanjian Renville
Perjanjian Renville
Perjanjian Renville
Perjanjian Renville
(8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
(8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
(8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
(8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
(8 Desember 1947 - 17 Januari 1948)
KTN berusaha mendekatkan RI d an Belanda
untuk berunding. Atas usul KTN, perundingan di-
lakukan di tempat yang netral, yaitu di atas kapal
pengangkut pasukan Angkatan Laut Amerika Seri-
kat “USS Renville”. Oleh karena itu, perundingan
tersebut dinamakan
Perjanjian Renville
.
Perjanjian Renville dimulai pada tanggal 8 De-
sember 1947. Hasil perundingan Renville disepakati
dan ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948.
Yang hadir pada perundingan di atas kapal
Renville ialah sebagai berikut.
Frank Graham
(ketua), Paul van Zeeland (ang-
gota), dan Richard Kirby (anggota) sebagai me-
diator dari PBB.
Delegasi Indonesia
Republik Indonesia diwakili oleh Amir Syarif-
uddin (ketua), Ali Sastroamidjojo (anggota), Ha-
ji Agus Salim (anggota), Dr. J. Leimena (anggota),
Dr. Coa Tik Ien (anggota), dan Nasrun (anggota).
Delegasi Belanda
Belanda diwakili oleh R. Abdulkadir Wijoyoat-
mojo(ketua), Mr. H.A.L. van Vredenburgh (ang-
gota), Dr. P. J. Koets (anggota), dan Mr. Dr. Chr.
Soumokil (anggota).
Gambar 2.1.8
Gedung tempat perundingan di Linggarjati,
sebelah selatan Cirebon pada bulan November 1946.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 53
Cyan 53
53
Perjanjian Renville menghasilkan beberapa ke-
putusan sebagai berikut.
Penghentian tembak-menembak.
Daerah-daerah di belakang garis van Mook ha-
rus dikosongkan dari pasukan RI.
Belanda bebas membentuk negara-negara fede-
ral di daerah-daerah yang didudukinya dengan
melalui plebisit terlebih dahulu.
Membentuk Uni Indonesia-Belanda. Negara In-
donesia Serikat yang ada di dalamnya sederajat
dengan Kerajaan Belanda.
Persetujuan Renville ditandatangani oleh Amir
Syarifuddin (Indonesia) dan Abdulkadir Wijoyoat-
mojo (Belanda).
Perjanjian ini semakin mempersulit posisi Indo-
nesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan
itu bertambah setelah Belanda melakukan blokade
ekonomi terhadap Indonesia.
Itulah sebabnya hasil Perjanjian Renville me-
ngundang reaksi keras, baik dari kalangan partai
politik maupun TNI.
Bagi kalangan partai politik, hasil perunding-
an itu memperlihatkan kekalahan perjuangan
diplomasi.
Bagi TNI, hasil perundingan itu mengakibat-
kan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah
pertahanan yang telah susah payah dibangun.
h.h.
h.h.
h.
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)
Berkaitan dengan agresi militer Belanda II, pa-
da tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu
ialah sebagai berikut.
Belanda harus menghentikan semua operasi
militer dan pihak Republik Indonesia diminta
untuk menghentikan aktivitas gerilya. Kedua
pihak harus bekerja sama untuk mengadakan
perdamaian kembali.
Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat
semua tahanan politik dalam daerah RI oleh
Belanda sejak 19 Desember 1948.
Belanda harus memberikan kesempatan kepa-
da pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta
dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah
RI menurut batas-batas Persetujuan Renville
dikembalikan kepada RI.
Perundingan-perundingan akan dilakukan
dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan
dasar Persetujuan Linggarjati, Persetujuan
Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu
Pemerintah Interim Federal paling lambat tang-
gal 15 Maret 1949. Pemilihan Dewan Pembuat
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Seri-
kat selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli
1949.
Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama
menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Indonesia (
United Nation for Indonesia
atau
UNCI). UNCI bertugas untuk:
5
membantu melancarkan perundingan-
perundingan untuk mengurus pengemba-
lian kekuasaan pemerintah RI,
5
mengamati pemilihan,
5
mengajukan usul mengenai berbagai hal
yang dapat membantu tercapainya penye-
lesaian.
i.i.
i.i.
i.
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei 1949)
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei 1949)
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei 1949)
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei 1949)
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei 1949)
Sejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan
Sumatra yang semakin meluas, usaha-usaha di bi-
dang diplomasi berjalan terus. UNCI mengadakan
perundingan dengan pemimpin-pemimpin RI di
Bangka. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI untuk
membantu pelaksanaan resolusi DK PBB pada
tanggal 28 Januari 1949.
UNCI berhasil membawa Indonesia dan Belan-
da ke meja perundingan. Pada tanggal 17 April 1949
dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta.
Delegasi Indonesia dipimpin
Mr. Mohammad
Roem
. Delegasi Belanda dipimpin
Dr. van Royen
.
Pertemuan dipimpin
Merle Cohran
dari UNCI
yang berasal dari Amerika Serikat.
Gambar 2.1.9
Suasana perundingan di atas kapal Renville
yang diselenggarakan atas jasa-jasa baik KTN pada
tanggal 8 Desember 1947.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 2.1.10
Perundingan Roem - Royen di bawah
pengawasan UNCI di Hotel des Indes, Jakarta.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
54
Black 54
Cyan 54
Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai
persetujuan. Persetujuan itu dikenal dengan nama
“Roem-Royen Statement”
.
Dalam perundingan ini, setiap delegasi menge-
luarkan pernyataan sendiri-sendiri.
Pernyataan delegasi Indonesia
antara lain seba-
gai berikut.
Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakar-
ta.
Kesediaan mengadakan penghentian tembak-
menembak.
Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar
setelah pengembalian Pemerintah RI ke Yogya-
karta.
Bersedia bekerja sama dalam memulihkan per-
damaian dan tertib hukum.
Sedangkan pernyataan dari pihak Belanda ada-
lah sebagai berikut.
Menghentikan gerakan militer dan membebas-
kan tahanan politik.
Menyetujui kembalinya Pemerintahan Repu-
blik Indonesia ke Yogyakarta.
Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian
dari negara Indonesia Serikat.
Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja
Bundar.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Soekarno dan Hatta
dikembalikan ke Yogyakarta. Pengembalian Yogya-
karta ke tangan Republik Indonesia diikuti dengan
penarikan mundur tentara Belanda dari Yogyakar-
ta. Tentara Belanda berhasil menduduki Yogyakar-
ta sejak tanggal 19 Desember 1948 - 6 Juli 1949.
j.j.
j.j.
j.
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan
Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan
31 Juli - 2 Agustus 1949)
31 Juli - 2 Agustus 1949)
31 Juli - 2 Agustus 1949)
31 Juli - 2 Agustus 1949)
31 Juli - 2 Agustus 1949)
Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung,
dilakukan pendekatan dan koordinasi dengan ne-
gara-negara bagian (BFO) terutama berkaitan de-
ngan pembentukan Republik Indonesia Serikat.
Konferensi Inter-Indonesia ini penting untuk men-
ciptakan kesamaan pandangan menghadapi Belan-
da dalam KMB.
Konferensi diadakan setelah para pemimpin RI
kembali ke Yogyakarta. Konferensi Inter-Indone-
sia I diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19 - 22
Juli 1949. Konferensi Inter-Indonesia I dipimpin
Mohammad Hatta.
Konferensi Inter-Indonesia II
diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli - 2 Agustus
1949. Konferensi Inter-Indonesia II dipimpin oleh
Sultan Hamid
(Ketua BFO).
Pembicaraan dalam Konferensi Inter-Indone-
sia hampir semuanya difokuskan pada masalah
pembentukan RIS, antara lain:
masalah tata susunan dan hak Pemerintah RIS,
kerja sama antara RIS dan Belanda dalam Per-
serikatan Uni.
Hasil positif Konferensi Inter-Indonesia adalah
disepakatinya beberapa hal berikut ini.
Negara Indonesia Serikat yang nantinya akan
dibentuk di Indonesia bernama Republik Indo-
nesia Serikat (RIS).
Bendera kebangsaan adalah Merah Putih.
Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
Hari 17 Agustus adalah Hari Nasional.
Dalam bidang militer, Konferensi Inter-Indone-
sia memutuskan hal-hal berikut.
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima
orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL
dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain de-
ngan syarat-syarat yang akan ditentukan le-
bih lanjut.
Pertahanan negara adalah semata-mata hak
Pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.
Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting
sebab perpecahan yang telah dilakukan oleh Be-
landa sebelumnya, melalui bentuk-bentuk negara
bagian telah dihapuskan. Kesepakatan ini juga me-
rupakan bekal yang sangat berharga dalam meng-
hadapi Belanda dalam perundingan-perundingan
yang akan diadakan kemudian.
Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Repub lik
Indonesia dan Belanda mencapai persetujuan peng-
hentian tembak-menembak yang akan mulai berla-
ku di Jawa pada tanggal 11 Agustus dan di Sumatera
pada tanggal 15 Agustus. Tercapainya kesepakatan
tersebut memungkinkan terselenggaranya Konfe-
rensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
k.k.
k.k.
k.
Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar
(23 Agustus 1949 - 2 November 1949)
(23 Agustus 1949 - 2 November 1949)
(23 Agustus 1949 - 2 November 1949)
(23 Agustus 1949 - 2 November 1949)
(23 Agustus 1949 - 2 November 1949)
Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di
Ridderzaal, Den Haag, Belanda. Konferensi dibuka
pada tanggal 23 Agustus 1949 dan dihadiri oleh:
Gambar 2.1.11
Suasana Konferensi Inter-Indonesia I di
Yogyakarta pada tanggal 19 - 22 Juli 1949.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 55
Cyan 55
55
Delegasi Republik Indonesia dipimpin Moham-
mad Hatta,
Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid,
Delegasi Kerajaan Belanda dipimpin J. H. van
Maarseveen, dan
UNCI diketuai oleh Chritchley.
Konferensi Meja Bundar dipimpin oleh Perdana
Menteri Belanda,
W. Drees
. Konferensi berlangsung
dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 Novem-
ber 1949. Dalam konferensi dibentuk tiga komisi,
yaitu: Komisi Ketatanegaraan, Komisi Keuangan,
dan Komisi Militer.
Kesulitan-kesulitan yang muncul dalam pe-
rundingan adalah:
dari Komisi Ketatanegaraan menyangkut pem-
bahasan mengenai Irian Jaya,
dari Komisi Keuangan menyangkut pembicara-
an mengenai masalah utang. Belanda menuntut
agar Indonesia mengakui utang terhadap Be-
landa yang dilakukan sampai tahun 1949.
Dalam bidang militer, tanpa ada kesulitan si-
dang menyepakati inti angkatan perang dalam
bentuk Indonesia Serikat adalah Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Setelah penyerahan kedaulatan
kepada Republik Indonesia Serikat, KNIL (tentara
Belanda di Indonesia) akan dilebur ke dalam TNI.
KMB dapat menghasilkan beberapa persetuju-
an. Berikut ini adalah beberapa hasil dari KMB di
Den Haag:
Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indo-
nesia sepenuhnya dan tanpa syarat kepada RIS.
Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Re-
publik Indonesia dan 15 negara federal. Corak
pemerintahan RIS diatus menurut konstitusi
yang dibuat oleh delegasi RI dan BFO selama
Konferensi Meja Bundar berlangsung.
Melaksanakan penyerahan kedaulatan selam-
bat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam
waktu setahun sesudah pengakuan kedaulat-
an.
Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk
Uni Indonesia-Belanda. Uni ini merupakan ba-
dan konstitusi bersama untuk menyelesaikan
kepentingan umum.
Menarik mundur pasukan Belanda dari Indo-
nesia dan membubarkan KNIL. Anggota KNIL
boleh masuk ke dalam APRIS.
RIS harus membayar segala utang Belanda
yang diperbuatnya semenjak tahun 1942.
C. Pengakuan Kedaulatan
Upacara penandatanganan naskah pengakuan
kedaulatan dilakukan pada waktu yang bersamaan
di Indonesia dan di negeri Belanda, yaitu pada tang-
gal 27 Desember 1949.
Di negeri Belanda, penandatanganan naskah
pengakuan kedaulatan dilaksanakan di ruang
takhta Istana Kerajaan Belanda.
Ratu Juliana
,
P.M.
Dr. Willem Drees
,
Menteri Seberang Lautan Mr.
A.M.J.A. Sassen
, dan
Mohammad Hatta
mem-
bubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan
kedaulatan. Sementara itu, di Jakarta,
Sultan Ha-
mengkubuwono IX
dan
A.H.J. Lovink
(Wakil Ting-
gi Mahkota) membubuhkan tanda tangan pada
naskah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal yang
sama, di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedau-
latan dari Republik Indonesia kepada Republik In-
donesia Serikat.
Gambar 2.1.12
Suasana sidang Konferensi Meja Bundar
yang dimulai pada tanggal 23 Agustus 1949 di Ridderzaal
(Bangsal Satria), Den Haag.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 2.1.13
Gambar atas: upacara penandatanganan
pengakuan kedaulatan di Den Haag oleh Mohammad
Hatta, Ratu Juliana, Willem Drees (Perdana Menteri), dan
Mr. A.M.J.A. Sassen (Menteri Seberang Lautan). Gambar
bawah: upacara penandatanganan pengakuan kedaulatan di
Jakarta oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX (mewakili
Indonesia) dan A.H.J Lovink (Wakil Tinggi Mahkota).
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
56
Black 56
Cyan 56
RANGKUMAN
1. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan dua cara:
melalui perjuangan bersenjata, dan
perundingan-perundingan (diplomasi).
2 Perjuangan melalui perlawanan bersenjata,
antara lain sebagai berikut.
Insiden bendera di Surabaya (19 Septem-
ber 1945).
Pertempuran lima hari di semarang (15 -
20 Oktober 1945).
Pertempuran di Surabaya (10 November
1945).
Pertempuran Medan Area (10 Desember
1945).
Bandung lautan api (23 Maret 1946).
Pertempuran Margarana (29 November
1946).
Pertempuran lima hari di Palembang ( 1
Januari 1947).
Agresi Militer Belanda I (21 Juli 1947).
Agresi Militer Belanda II (19 Desember
1948).
Serangan Umum 1 Maret 1949.
3. Perjuangan melalui jalan perundingan atau
diplomasi dilakukan dengan mencari du-
kungan dunia internasional melalui PBB dan
mengadakan perundingan langsung dengan
Belanda.
4. Perundingan yang dilakukan dengan Belan-
da di antaranya adalah sebagai berikut.
Perundingan permulaan di Hooge Veluwe
(14 - 25 April 1946).
Perundingan gencatan senjata (20-30 Sep-
tember 1946).
Perjanjian Linggarjati (10 - 15 November
1946).
Perjanjian Renville (8 Desember 1947).
Perjanjian Roem-Royen (17 April - 7 Mei
1949).
Konferensi Inter-Indonesia (19 - 22 Juli
1949 dan 31 Juli - 2 Agustus 1949).
Konferensi Meja Bundar (23 Agustus - 2
November 1949).
4. Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
tanggal 27 Desember 1949. Penandatangan-
an pengakuan kedaulatan dilaksanakan di
Belanda dan Jakarta. Dengan demikian, ber-
akhirlah penjajahan Belanda atas Indonesia.
I. Lengkapi dengan jawaban yang tepat!
1. Pasukan Sekutu yang bertugas mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang di Asia Tengga-
ra dipimpin oleh ... .
2. AFNEI singkatan dari ... .
3. Pasukan Sekutu dan AFNEI mendarat di Jakar-
ta pada tanggal ... .
4. Pasukan Sekutu ternyata diboncengi NICA.
NICA singkatan dari ... .
5. Belanda melaksanakan agresi militer pertama
terhadap Pulau Jawa dan Sumatera pada tang-
gal ... .
6. Monumen Perjuangan Tugu Muda di Sema-
rang didirikan untuk ... .
7. Pemimpin tentara sekutu dalam pertempuran
di Surabaya adalah ... .
8. Pemimpin delegasi Belanda dalam Perunding-
an Linggarjati adalah ... .
9. Perjanjian Linggarjati ditandatangani Belanda
dan Indonesia pada tanggal ... .
10. Kota Bandung bagian utara dibakar para pe-
muda di bulan Oktober 1945 karena ... .
11. Pertempuran Margarana dipimpin oleh ... .
12. Perjanjian Renville dimulai pada tanggal ... .
13. UNCI singkatan dari ... .
14. Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949 dipim-
pin oleh ... .
15. Naskah pengakuan kedaulatan Indonesia
ditandatangani pada tanggal ... .
II. Jawablah dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan yang kamu ketahui tentang AFNEI!
2. Bagaimana sikap Indonesia terhadap Sekutu
yang datang ke Indonesia untuk melucuti ten-
tara Jepang?
3. Mengapa Surabaya mendapat julukan seba-
gai kota Pahlawan? Jelaskan!
4. Apa tugas Inggris di Indonesia?
5. Jelaskan isi Perjanjian Linggarjati!
6. Jelaskan Konferensi Inter-Indonesia!
UJI KOMPETENSI DASAR
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
Black 57
Cyan 57
57
7. Jelaskan arti Serangan Umum 1 Maret 1949
baik dari segi internal maupun dari segi eks-
ternal!
8. Sebutkan hasil persetujuan Roem-Royen!
9. Sebutkan hasil-hasil Konferensi Meja Bun-
dar!
10. Apa isi Resolusi Dewan Keamanan PBB tang-
gal 28 Januari 1949?
III. Jawablah “B” bila pernyataan
berikut BENAR dan “S” bila
SALAH!
1. Insiden Bendera di Surabaya terjadi karena
beberapa orang Belanda mengibarkan ben-
dera merah putih biru di atas Hotel Yamato.
2. A.W.S Mallaby adalah pemimpin pasukan Se-
kutu yang tewas dalam pertempuran di Sura-
baya.
3. Pemimpin para pemuda dalam pertempuran
Medan Area adalah M.H. Thamrin.
4. Belanda lebih suka menyebut Agresi Militer
Belanda sebagai aksi premanisme.
5. Penerbang Indonesia yang gugur karena
jatuhnya Pesawat Dakota tahun 1947 antara
lain Agustinus Adisutjipto dan Adisumarno
Wirjokusumo.
6. Anggota Komisi Konsuler yang mengawasi
gencatan senjata pada waktu Agresi Militer I
dipimpin olef Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly.
7. Pemerintahan Darurat republik Indonesia
(PDRI) di Sumatera dikendalikan oleh Saf -
ruddin Prawiranegara.
8. Serangan umum tentara Indonesia atas kota
Yogyakarta dan menduduki kota itu selama
enam jam terjadi pada tanggal ... .
9. Komisi Tiga Negara (KTN) dikenal juga dengan
nama Komisi Perdamaian.
10. Konsekuensi dari Persetujuan Roem-Royen
adalah pengembalian Yogyakarta ke tangan
Republik Indonesia.
IV. Unjuk Kerja
Berikut ini disajikan sebuah artikel yang sa-
ngat menarik mengenai “Monumen Serangan
Umum 1 Maret 1949”. Dalam kelompok yang
terdiri dari 4-5 orang, bacalah artikel terse-but
kemudan diskusikan dengan memerhatikan
pertanyaan panduan yang tersedia. Hasil disku-
simu akan dipresentasikan di kelas. Ingat, te-
man-temanmu akan menanggapinya. Selamat
berdiskusi!
Monumen Serangan Umum
1 Maret 1949
Monumen ini berada satu kompleks dengan
Benteng Vredeburg
. Monumen ini dibangun untuk
memeringati serangan tentara Indonesia terha-
dap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Serang-
an ini dilakukan untuk membuktikan kepada du-
nia bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan
untuk melawan Belanda. Saat itu serangan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto
, Komandan Brigade 10
daerah Wehrkreise III, yang tentu s aja setelah
mendapat persetujuan dari
Sri Sultan Hameng-
kubuwono IX
sebagai Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menganggap
saat itu Indonesia harus membuktikan kepada
dunia luar bahwa walaupun para pemimpin ne-
gara Indonesia saat itu ditawan oleh Belanda,
bukan berarti pemerintahan Indonesia telah
lumpuh. Tapi sebaliknya pemerintah Indonesia
masih ada dan TNI masih kuat sehingga dapat
mendukung perjuangan RI di sidang Dewan
Keamanan PBB yang dilaksanakan pada bulan
Maret 1949. Dengan demikian ada beberapa hal
yang ingin dicapai dengan adanya serangan ini
yaitu selain tujuan militer, juga ada tujuan politis
dan tujuan psikologis.
Selain Letkol Soeharto yang menyerang dari
sisi Barat sampai batas Maliobor , serangan itu
juga dilakukan oleh V entje Sumual yang juga
menyerang dari sekotr barat, Mayor Sardjono
menyerang dari sisi timur , Mayor Kusno dari
sisi utara, dan dari dalam kota sendiri serangan
dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan
Masduki.
Gambar 2.1.14
Monumen Serangan Umum 1 Maret
1949, Yogyakarta. Monumen ini didirikan untuk
mengenang Serangan Umum 1 Maret 1945 di mana TNI
berhasil menduduki kota Y ogyakarta selama enam jam.
Sumber:
www
.ariawijay
a.com
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
58
Black 58
Cyan 58
Serangan itu dilakukan TNI tersebut didahu-
lui dengan menyerang pos-pos yang dibangun
Belanda yang tersebar sepanjang jalur utama
yang menghubungkan kota-kota yang telah di-
kuasai Belanda sebagai akibat serangan dan
sabotase TNI. Untuk menyerang pos-pos Belanda
tersebut TNI melakukan strategi gerilya yang ter-
bukti mampu membuat tentara Belanda kesulit-
an melawan TNI. Puncak serangan itu sendiri
dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 pada
pukul 06.00. Kota Y ogyakarta saat itu berhasil
diduduki oleh TNI selama 6 jam sampai dengan
pukul 12.00, sesuai dengan apa yang telah diren-
canakan sebelumnya. Dengan berhasilnya se-
rangan ini (Serangan Umum 1 Maret) maka moril
TNI semakin meningkat dan mampu mematah-
kan propaganda yang dilakukan Belanda yang
menyatakan bahwa RI dan TNI telah lumpuh.
(
Sumber: http://ariawijaya.com/2008/02/22/
monumen-serangan-umum-1-maret-1949/
Pertanyaan Panduan Diskusi
1. Di mana letak atau lokasi museum Serangan
Umum 1 Maret 1949?
2. Mengapa museum ini didirikan?
3. Menurut artikel ini, apa makna Serangan
Umum 1 Maret 1949 bagi perjuangan memer-
tahankan kemerdekaan RI?
4. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam Serang-
an Umum 1 Maret 1949? Sebutkan juga peran
mereka masing-masing!
5. Apa makna monumen tersebut bagi kita de-
wasa ini?
V. Refleksi
Bagaimana kamu menilai semangat nasional-
isme yang ditunjukkan oleh para pemimpin bang-
sa dalam mempertahankan kemerdekaan? Apa-
kah semangat kebangsaan semacam itu masih ku-
at dirasakan sampai saat ini? Dewasa ini bentuk
perjuangan seperti apa yang dapat memajukan
bangsa dan negara? Sejauh manakah kamu menja-
lankan atau mempraktikkan perjuangan tersebut?
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
59
Black 59
Cyan 59
Pada
Sub bab 2.2
ini, kita mempelajari berbagai
peristiwa politik dan ekonomi Indonesia setelah
pengakuan kedaulatan RI. Setelah pengakuan
kedaulatan, Indonesia menjadi negara RIS. Negara
RIS tidak berlangsung lama. Indonesia kembali
menjadi negara kesatuan. Untuk membahas berba-
gai peristiwa politik dan ekonomi pascapengakuan
kedaulatan sampai Orde Baru, kita akan membahas
pertama
, Indonesia pada masa demokrasi liberal;
kedua
, Indonesia pada masa demokrasi terpimpin.
2.2.1 Republik Indonesia
Serikat
Dengan disetujuinya hasil-hasil Konferensi
Meja Bundar pada tanggal 2 November 1949 di Den
Haag, maka terbentuk lah negara Republik Indo-
nesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagi-
an. Berikut ini adalah kronologi pembentukan ne-
gara Republik Indonesia Serikat.
Pada tanggal 14 Desember 1949 di Jalan Pegang-
saan Timur 56, Jakarta diadakan pertemuan
permusyawaratan federal. Pertemuan dihadiri
wakil-wakil Pemerintah RI dan Pemerintah
Negara dan Daerah yang akan menjadi bagian
dari RIS serta KNIP dan DPR dari negara/dae-
rah bagian. Pertemuan tersebut membicarakan
dan menyetujui naskah Undang-Undang Dasar
Sementara sebagai Konstitusi Republik Indo-
nesia Serikat. Persetujuan tersebut dituangkan
dalam piagam yang ditandatangani wakil RI
dan wakil Negara/Daerah yang akan menjadi
bagian dari RIS.
Berdasarkan konstitusi RIS, negara berbentuk
federasi dan meliputi seluruh daerah Indone-
sia, yaitu:
a. Negara-negara bagian RIS
1. Negara Republik Indonesia, yang meli-
Gambar 2.2.1
Upacara penandatanganan Piagam
Konstitusi RIS di Pegangsaan T imur 56, Jakarta pada
tanggal 14 Desember 1949.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Indonesia Menjadi Anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Diskusikanlah dalam sebuah kelompok kecil!
1. Kapan Indonesia diterima sebagai anggota PBB?
2. Dalam sidang apa Indonesia diputuskan diterima
sebagai anggota PBB?
3. Indonesia diterima sebagai anggota PBB ke bera-
pa?
4.
“Dengan diterimanya Indonesia menjadi anggota PBB
berarti Indonesia telah dapat duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lainnya dan
dapat turut serta memecahkan persoalan-persoalan du-
nia.”
Apa maksud pernyataan itu? Berikan penda-
patmu!
5. Berilah beberapa contoh keterlibatan Indonesia
sebagai anggota PBB dalam memecahkan perso-
alan-persoalan dunia!
6. Adakah manfaatnya bagi Indonesia dengan men-
jadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa? Jelas-
kan jawabanmu!
D
alam sidangnya pada tanggal 20 Septem-
ber 1950, Majelis Umum PBB dengan suara
bulat menerima Indonesia menjadi anggota
PBB yang ke-60. Pada tanggal 28 September diada-
kan upacara pengibaran bendera Merah Putih di
Markas Besar PBB di samping bendera-bendera dari
59 negara anggota lainnya.
Setelah resmi menjadi anggota, maka Indonesia
segera mengirimkan delegasinya untuk mengikuti
Sidang Umum PBB. Dengan diterimanya Indonesia
menjadi anggota PBB berarti Indonesia telah dapat
duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan
bangsa-bangsa lainnya dan dapat turut serta meme-
cahkan persoalan-persoalan dunia.
(Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964)
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
60
Black 60
Cyan 60
puti daerah menurut
status quo
seperti
dimaksud dalam perjanjian Renville;
2. Negara Indonesia Timur;
3. Negara Pasundan, termasuk Distrik Fe-
deral Jakarta;
4. Negara Jawa Timur;
5. Negara Madura;
6. Negara Sumatera Timur, termasuk da-
erah
status quo
Asahan Selatan dan La-
buhan Batu; dan
7. Negara Sumatera Selatan.
b. Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sen-
diri, seperti Jawa Tengah, Bangka, Belitung,
Riau, Daerah Istimewa Kalimantan Barat,
Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan
Tenggara dan Kalimantan Timur.
c. Daerah-daerah Indonesia selebihnya yang
bukan daerah-daerah bagian.
Pada tanggal 15 Desember 1949 diadakan si-
dang pemilihan presiden RIS oleh Dewan Pemi-
lihan Presiden RIS.
Pada tanggal 16 Desember 1949, Soekarno ter-
pilih sebagai Presiden RIS.
Tanggal 17 Desember 1949, Soekarno dilantik
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) diangkat
sebagai Perdana Menteri RIS. Kabinet dan Per-
dana Menteri dilantik pada tanggal 20 Desem-
ber 1949.
Dengan diangkatnya Soekarno sebagai Presiden
RIS,
Mr. Asaat
(ketua KNIP) ditunjuk sebagai
Pemangku Jabatan
(Acting)
Presiden Republik
Indonesia. Pelantikan dan serah terima jabatan
dilakukan pada tanggal 27 Desember 1949.
Dalam waktu 1 tahun kabinet yang dipimpin
Hatta harus memecahkan banyak masalah yang
dihadapi negara yang baru merdeka ini. Beberapa
tindakan pemerintah kabinet Hatta adalah:
Dalam bidang ekonomi
ditandai o
leh adany
a inflasi
dan defisit anggaran belanja pemerintah. Untuk
mengatasi inflasi, pemerintah melakukan peng-
guntingan uang
(sanering)
. Kebijakan ini dida-
sarkan pada Keputusan Menteri Keuangan RIS
Nomor PU I, Tanggal 19 Maret 1950. Berdasarkan
peraturan tersebut uang kertas Rp 5,00 ke atas
dinyatakan hanya bernilai separuh. Sebagai tin-
dak lanjut pengguntingan uang tersebut dikelu-
arkan uang kertas baru berdasarkan Undang-
undang Darurat Nomor 21 Tahun 1959 Tentang
Pengeluaran Uang Kertas Baru.
Di samping soal keuangan itu, ekonomi juga
dapat diperbaiki. Dengan meletusnya perang
Korea, perdagangan luar negeri meningkat. De-
ngan demikian, ekspor Indonesia meningkat
dan pendapatan negara juga bertambah.
Dalam bidang politik luar negeri
, kabinet Hatta men-
jalankan politik luar negeri yang bebas - aktif.
Hubungan dengan negeri Belanda diusahakan
untuk menjadi lebih baik dengan harapan Be-
landa akan menyerahkan Irian Barat. Oleh kare-
na itu, pada bulan April 1950 dilangsungkan
Konferensi Tingkat Menteri I antara Indonesia
dan Belanda di Jakarta. Perundingan dilanjut-
kan dalam Konferensi Tingkat Menteri II di Den
Haag pada tanggal 4 Desember 1950.
Kabinet RIS di bawah pimpinan Hatta meme-
rintah sampai tanggal 17 Agustus 1950. Negara RIS
tidak sampai mencapai usia 1 tahun.
2.2.2 Kembali ke Negara
Kesatuan Republik
Indonesia
Usaha-usaha untuk kembali ke negara kesatuan
dilancarkan di mana-mana. Di berbagai daerah
timbul gerakan rakyat menuntut pembubaran ne-
gara-negara bagian. Rakyat menghendaki kembali
bergabung dengan Republik Indonesia di Yogya-
karta.
Pasal 43 dan 44 dari Konstitusi RIS memungkin-
kan dilaksanakannya penggabungan daerah yang
satu dengan daerah yang lain, maupun negara yang
satu dengan negara yang lain. Sy
arat penggabung-
an adalah dikehendaki oleh rakyatnya dan diatur
dengan Undang-Undang Federal.
Pada tanggal 8 Maret 1950, pemerintah RIS me-
nerbitkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun
1950. Undang-Undang tersebut berisi tentang Tata
Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Berda-
sarkan Undang-undang tersebut, beberapa negara
bagian menggabungkan diri dengan Republik In-
donesia di Yogyakarta. Pada tanggal 5 April 1950,
RIS hanya tinggal tiga negara bagian. Ketiga negara
bagian itu adalah Republik Indonesia, Negara Su-
matera Timur, dan Negara Indonesia Timur.
Keinginan rakyat di negara-negara bagian un-
tuk bergabung dengan Republik Indonesia semakin
kuat. Oleh karena itu, pemerintah RI menganjurkan
pemerintah RIS agar mengadakan perundingan
dengan Negara Sumatera Timur dan Negara Indo-
nesia Timur untuk membicarakan pembentukan
kembali negara kesatuan.
Pada bulan Mei 1950, di-
langsungkan perundingan antara RIS dan RI. Perun-
dingan membahas tentang pembentukan negara
kesatuan.
Pada tanggal 19 Mei 1950, tercapai persetujuan
antara kedua pemerintah. Persetujuan itu dituang-
kan dalam suatu “Piagam Persetujuan”. Pada da-
sarnya pemerintah RI dan RIS sepakat untuk mem-
bentuk negara kesatuan. Kemudian, pemerintah
RIS dan RI membentuk sebuah panitia bersama
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
61
Black 61
Cyan 61
yang diberi tugas untuk melaksanakan Piagam
Persetujuan 19 Mei 1950 tersebut. Panitia bersama
ini secara khusus bertugas menyusun Rancangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan.
Pada tanggal 14 Agustus 1950, parlemen dan
senat RIS mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Repu-
blik Indonesia. Badan pekerja KNIP di Yogyakarta
sudah menyetujui Rancangan UUDS tersebut pada
tanggal 12 Agustus 1950.
Dalam rapat parlemen dan senat RIS pada tang-
gal 15 Agustus 1950, Presiden RIS (Soekarno) mem-
bacakan piagam terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pada hari itu juga, Presiden
Soekarno menerima kembali jabatan Presiden Re-
publik Indonesia dari Mr. Asaat (pemangku jabatan
sementara Presiden Republik Indonesia). Dengan
demikian berakhirlah Negara Indonesia Serikat.
Negara kesatuan yang dicita-citakan bangsa Indo-
nesia dan yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 kembali terwujud.
Dalam praktiknya, RIS hanya berumur delapan
bulan. Konstitusi RIS diganti dengan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). UUDS
ini berlaku sampai Dekrit Presiden tahun 1959. De-
ngan terbentuknya NKRI terwujudlah cita-cita Pro-
klamasi 17 Agustus 1945, yaitu mendirikan negara
kesatuan.
2.2.3 Masa Demokrasi
Liberal
Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan pa-
da tahun 1950, Indonesia menganut sistem peme-
rintahan parlementer dengan kabinet ministerial.
Pemerintahan parlementer ini mewarnai kehidup-
an demokrasi liberal dari tahun 1950 - 1959. Selain
itu, Undang-Undang Dasar RIS diganti dengan
Undang-Undang Dasar Sementara1950 (UUDS).
A. Peristiwa politik
a.a.
a.a.
a.
Ketidakstabilan politik
Ketidakstabilan politik
Ketidakstabilan politik
Ketidakstabilan politik
Ketidakstabilan politik
Pada masa pemerintahan demokrasi liberal, di
tanah air muncul banyak partai. Partai-partai ter-
sebut antara lain PNI, Masyumi, NU, PKI, PSI, Mur-
ba, PSII, Partindo, Parkindo, dan Partai Katolik.
Dalam perkembangan selanjutnya, demokrasi
liberal yang ditandai dengan banyak partai ter-
nyata tidak menguntungkan bangsa Indonesia.
Sistem multi partai tersebut menimbulkan persa-
ingan antargolongan. Persaingan itu menjurus ke
arah pertentangan golongan. Akibatnya, kehidup-
an bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara men-
jadi terganggu. Masing-masing partai hanya mau
mencari kemenangan dan popularitas partai dan
pendukungnnya. Oleh karena itu, sistem multi par-
tai pada waktu itu justru mengakibatkan ketidak-
stabilan politik Indonesia.
Ketidakstabilan politik juga diwarnai jatuh ba-
ngunnya kabinet karena antara masing-masing
partai tidak ada sikap saling percaya. Sebagai bukti
dapat dilihat serentetan pergantian kabinet dalam
waktu yang relatif singkat berikut ini.
Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951).
Kabinet Sukiman (April 1951 - Februari 1952).
Kabinet Wilopo (April 1952 - Juni 1953).
Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 - Agus-
tus 1955).
Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955
- Maret 1956)
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 -
Maret 1957).
Kabinet Juanda (Maret 1957 - Juli 1959).
Silih bergantinya kabinet dalam waktu yang
relatif singkat menyebabkan ketidakpuasan peme-
rintahan daerah. Karena pemerintahan pusat si-
buk dengan pergantian kabinet, daerah kurang
mendapat perhatian. Tuntutan-tuntutan dari da-
erah ke pusat sering tid ak dikabulkan. Situasi
semacam ini menyebabkan kekecewaan dan keti-
dakpuasan daerah terhadap pusat. Situasi ini me-
nyebabkan munculnya gejala
provinsialisme
atau
sifat kedaerahan.
Gejala tersebut dapat mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa. Gejala provinsialisme akhir-
nya berkembang ke
separatisme
atau usaha memi-
sahkan diri dari pusat. Gejala tersebut terwujud
dalam berbagai macam pemberontakan, misalnya
PRRI atau Permesta.
Ketidakstabilan politik pada waktu itu juga di-
sebabkan oleh adanya pertentangan di antara para
politisi dan TNI Angkatan Darat. Hal ini tampak
dalam peristiwa 17 Oktober 1952. Pada tanggal 17
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 2.2.2
Mohammad Hatta menyerahkan mandat
sebagai Perdana Menteri RIS kepada Presiden Soekarno di
Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1950 setelah Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
62
Black 62
Cyan 62
Oktober 1952, pimpinan TNI Angkatan Darat dan
Kepala Staf Angkatan Perang menghadap Presiden.
Mereka meminta pemerintah membubarkan parle-
men dan membentuk parlemen baru. Menurut pi-
hak TNI AD, parlemen telah mencoba mencampuri
urusan intern TNI AD.
Bersamaan dengan itu juga terjadi demonstrasi
di luar istana yang menuntut pembubaran parle-
men. Demonstrasi semacam itu tidak hanya terjadi
di Jakarta, tetapi juga di Bandung.
Ketidakstabilan politik dalam negeri sangat
mengganggu kehidupan bidang-bidang ekonomi,
pendidikan, sosial, dan budaya. Oleh karena itu,
masa pembangunan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan kondisi politik yang
stabil dan mantap mutlak diperlukan.
b.b.
b.b.
b.
Pemilu IPemilu I
Pemilu IPemilu I
Pemilu I
Pemilihan Umum (Pemilu) sudah direncana-
kan oleh pemerintah, tetapi program ini tidak sege-
ra terwujud. Karena usia kabinet pada waktu itu
relatif singkat, persiapan-persiapan secara intensif
untuk program tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Pemilu merupakan wujud nyata pelaksanaan de-
mokrasi.
Pemilu I di Indonesia dilaksanakan pada masa
kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu I yang dise-
lenggarakan pada tahun 1955 dilaksanakan dua ka-
li, yaitu:
tanggal 29 September 1955 untuk memilih ang-
gota Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen,
tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih ang-
gota Dewan Konstituante (Dewan Pembentuk
Undang-Undang Dasar).
Secara serentak dan tertib seluruh warga ne-
gara yang mempunyai hak memilih mendatangi
tempat pemungutan suara untuk menentukan pi-
lihannya. Pemilu berjalan lancar dan tertib. Empat
partai yang muncul sebagai pemenang dalam Pe-
milu pertama adalah: Partai Nasional Indonesia
(PNI), Masyumi, Nahdatul Ulama (NU), dan Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Kabinet yang terbentuk setelah Pemilu I adalah
Kabinet Ali Sastroamijoyo II
(Maret 1956). Kabinet baru
ini mendapat tantangan dari berbagai pihak, mi-
salnya dari PKI dan PSI. Kabinet Ali ini mendapat
kepercayaan penuh dari Presiden Soekarno. Hal ini
sangat kentara dari pidatonya di depan Parlemen
pada tanggal 26 Maret 1956, yang menyebut kabi-
net ini sebagai titik tolak dari periode
planning
dan
investement
.
Kabinet Ali Sastroamijoyo II ini pun tidak lama,
kemudian jatuh. Beberapa kesulitan yang dihadapi,
misalnya berkobarnya semangat anti Cina dan
adanya kekacauan di daerah-daerah. Pengganti Ka-
binet Ali adalah
Kabinet Juanda
atau
Kabinet Karya.
Kabinet Juanda pun tidak mampu meredakan
‘suhu’ politik pada masa itu yang semakin mema-
nas. Suhu politik yang terus memanas tersebut an-
tara lain disebabkan oleh perselisihan antarpartai
dan gejolak-gejolak yang terjadi di berbagai daerah.
Situasi politik semakin tidak stabil setelah Konsti-
tuante tidak mampu atau gagal menunaikan tugas
yang diembannya. Konstituante gagal merumus-
kan Undang-Undang Dasar baru.
Menurut Presiden Soekarno, ketidakstabilan
politik dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi ne-
gara pada waktu itu disebabkan oleh adanya ba-
nyak partai. Oleh karena itu, demi keselamatan
negara, Presiden Soekarno menga jukan konsepsi
baru, yaitu
demokrasi terpimpin
. Konsepsi ini diajukan
oleh Presiden Soekarno di hadapan para pemimpin
partai dan tokoh masyarakat di Istana Merdeka
pada tanggal 21 Februari 1957.
Konsepsi ini mendapat reaksi keras dari ber-
bagai pihak. Akibatnya, muncul berbagai macam
gerakan separatis, misalnya, Dewan Banteng (Su-
matera Tengah), Dewan Garuda (Sumatera Selat-
an), dan Dewan Manguni (Sulawesi Utara).
Gambar 2.2.3
Selain di Jakarta, di Bandung juga terjadi
demonstrasi menuntut pembubaran parlemen. Tampak
rakyat sedang berdemonstrasi pada bulan November 1952.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Gambar 2.2.4
Partai-partai peserta pemilu I
yang diselenggarakan pada tahun 1955.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
63
Black 63
Cyan 63
Ketidakberhasilan Konstituante dalam menja-
lankan tugasnya mendorong pemerintah untuk se-
gera bertindak agar kekacauan politik dapat segera
diatasi. Presiden Soekarno berpidato di depan kons-
tituante pada tanggal 22 April 1959 yang isinya
menganjurkan untuk kembali kepada Undang-
Undang Dasar 1945. Anjuran ini rupanya meru-
pakan pemenuhan kehendak rakyat, yang telah
disampaikan kepada pemerintah. Anjuran ini ke-
mudian diwujudkan dalam Dekrit Presiden tang-
gal 5 Juli 1959.
c.c.
c.c.
c.
Politik luar negeri bebas aktif
Politik luar negeri bebas aktif
Politik luar negeri bebas aktif
Politik luar negeri bebas aktif
Politik luar negeri bebas aktif
Sesudah Perang Dunia II, politik dunia ditandai
oleh munculnya dua kekuatan yang saling berten-
tangan, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Ke-
dua kekuatan itu mempunyai sistem politik dan
bentuk pemerintah yang berbeda. Kedua kekuatan
saling bertentangan dan berlomba menyusun dan
mengembangkan kekuatan secara politis maupun
militer. Situasi pertentangan ini disebut perang di-
ngin. Masing-masing pihak menuntut supaya se-
mua negara di dunia memilih salah satu blok, Blok
Barat atau Blok Timur.
Republik Indonesia bukan penganut politik luar
negeri netral karena menolak untuk mengaitkan
dirinya kepada negara atau kekuatan mana pun.
Politik dan sikap Indonesia dilandaskan kepada
kemerdekaan dan bertujuan untuk memperkuat
perdamaian. Terhadap dua blok kekuatan raksasa
dunia yang bertentangan itu, Indonesia tidak mau
memilih salah satu pihak.
Indonesia menganut “politik bebas aktif ”. Be-
bas berarti Indonesia mengambil jalan sendiri da-
lam menghadapi masalah-masalah internasional.
Dengan aktif dimaksudkan bahwa Indonesia beru-
saha sekuat-kuatnya untuk memelihara perdamai-
an dan meredakan pertentangan-pertentangan.
Hal ini sesuai dengan cita-cita PBB.
Contoh konkret ditunjukkan oleh Perdana Men-
teri Ali Sastroamidjojo yang memandang perlunya
kerja sama bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Pada
masa demokrasi liberal ini, pemerintah Indonesia
berhasil melaksanakan Konferensi Asia - Afrika di
Bandung pada bulan April 1955. Konferensi Asia
Afrika akan dibahas pada bab 7 buku ini.
d.d.
d.d.
d.
Berbagai gangguan keamanan dalam negeri
Berbagai gangguan keamanan dalam negeri
Berbagai gangguan keamanan dalam negeri
Berbagai gangguan keamanan dalam negeri
Berbagai gangguan keamanan dalam negeri
pada masa 1950–1959
pada masa 1950–1959
pada masa 1950–1959
pada masa 1950–1959
pada masa 1950–1959
Menjelang bergabungnya RIS dan RI menjadi
negara kesatuan, terjadi beberapa pemberontakan
di berbagai daerah. Latar belakang pemberontakan
adalah ketidakpuasan terhadap pembentukan RIS,
reaksi terhadap pembubaran RIS, dan ketegangan
antara pemerintah pusat dan daerah. Pemberon-
takan tersebut didalangi oleh Belanda dibantu oleh
orang-orang Indonesia yang menjadi kaki tangan
Belanda dan gerombolan tertentu. Mereka ingin
merongrong persatuan dan kesatuan Indonesia.
Gangguan keamanan tersebut terwujud dalam
berbagai macam bentuk aksi atau pemberontakan,
antara lain: APRA, pemberontakan Andi Azis,
RMS, PRRI, dan Permesta.
1. Pemberontakan APRA
Pembentukan APRIS menimbulkan ketegangan
yang berujung pada pertumpahan darah. Di ka-
langan TNI ada keengganan untuk bekerja sama
dengan tentara bekas KNIL. Pihak KNIL juga me-
nuntut agar bekas kes atuan KNIL d itetapkan se-
bagai alat negara bagian. Ketegangan itu ditambah
pertentangan politik antara kelompok yang ingin
mempertahankan bentuk negara bagian dan ke-
lompok yang menginginkan negara kesatuan.
Di Bandung, gerakan yang menamakan diri se-
bagai “Angkatan Perang Ratu Adil” memberikan
ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pa-
sundan untuk diakui sebagai Tentara Pasundan.
Mereka juga menolak rencana penggabungan Ne-
gara Pasundan dengan Republik Indonesia. Ultima-
tum itu tidak ditanggapi pemerintah RIS.
Gambar 2.2.5
Pasukan APRA pimpinan Westerling pada
tanggal 23 Januari 1950 menyerang kota Bandung.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950, gerom-
bolan APRA menyerang kota Bandung. Pemimpin
gerombolan ini adalah
Kapten Raymond Wester-
ling
. Kapten Westerling ini pada bulan Desember
1946 memimpin pembunuhan massal terhadap
rakyat Sulawesi Selatan. Anggota APRA terdiri dari
bekas KNIL, pasukan payung, dan polisi Belanda.
Mereka membunuh setiap anggota TNI yang mere-
ka temui.
Untuk menghadapi gerombolan APRA, peme-
rintah RIS mengirimkan pasukan dari Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Pada tanggal 23 Januari 1950 itu
juga gerombolan APRA mundur dari Bandung. Da-
lam suatu pertempuran di daerah Pacet (24 Januari
1950), pasukan TNI dapat menghancurkan sisa-sisa
gerombolan APRA. Di Bandung diadakan pember-
sihan. Mereka yang terlibat gerakan APRA ditang-
kap, termasuk beberapa tokoh Negara Pasundan.
Westerling sendiri melarikan diri ke Jakarta.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
64
Black 64
Cyan 64
Di Jakarta, Westerling berencana menangkap
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (menteri perta-
hanan), Mr. A. Budiardjo, Kolonel TB. Simatupang.
Rencana itu dapat digagalkan. T ernyata tokoh di
balik rencana itu adalah Sultan Hamid II. Oleh ka-
rena itu, Sultan Hamid II kemudian ditangkap. Se-
mentara itu, Westerling kabur ke luar negeri.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Andi Azis
adalah Letnan Ajudan Wali Negara
Negara Indonesia Timur. Pada tanggal 30 Maret
1950, bersama dengan satu kompi anak buahnya
diterima ke dalam APRIS. Ia diangkat sebagai ko-
mandan kompi dengan pangkat Kapten. Beberapa
hari setelah pelantikan, Andi Azis bersama pasu-
kannya dan didukung Batalyon KNIL yang tidak
masuk APRIS mengadakan pemberontakan.
Latar belakang dari pemberontakan ini adalah
sikap Andi Azis yang menolak masuknya pasukan-
pasukan APRIS dari TNI ke Sulawesi Selatan. Andi
Azis menuntut agar pasukan APRIS bekas KNIL
saja yang bertanggung jawab atas keamanan di
daerah NIT. Ia menentang dan menghalangi masuk-
nya pasukan APRIS dari TNI dari Jawa yang dipim-
pin
Mayor Worang
. Ia juga meny atakan bahwa
Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahan-
kan.
Bersama pasukan yang dipimpinnya, Andi
Azis menawan Letkol Achmad Yusuf Mokoginta
(Pejabat Panglima Teritorium Indonesia Timur) be-
serta seluruh stafnya.
3. Pemberontakan RMS
Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil
yang
pada waktu itu menjabat sebagai jaksa agung Ne-
gara Indonesia Timur diam-diam pergi ke Ambon
setelah gagal mendalangi pemberontakan Andi
Azis. Di Ambon, ia berhasil mempengaruhi ang-
gota-anggota KNIL untuk membentuk Republik
Maluku Selatan (RMS).
Pada tanggal 25 April 1950 diproklamasikan
berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) lepas
dari Negara Indonesia Timur dan RIS. Soumokil
berhasil memindahkan pasukan KNIL dan pasukan
Baret Hijau yang ikut dalam pemberontakan Andi
Azis ke Ambon. Pasukan inilah yang menjadi tu-
lang punggung RMS.
Pada awalnya, pemerintah ingin menyelesaikan
masalah RMS secara damai. Pemerintah mengirim-
kan misi damai y ang dipimpin Dr. Leimena. Na-
mun, upaya damai ini gagal. Pemerintah kemudian
mengirim pasukan untuk menumpas gerombolan
tersebut pada tanggal 14 Juli 1950. Setelah sekitar
6 bulan, seluruh Maluku T engah dapat direbut.
Akhirnya, anggota gerombolan itu melarikan diri
ke hutan-hutan dan gunung-gunung. Soumokil
sendiri juga melarikan diri.
Pada bulan November 1950, kota Ambon dapat
dikuasai pasukan APRIS. Dalam perebutan ben-
teng Victoria,
Letkol Slamet Riyadi
gugur. Pada
Tanggal 2 Desember 1963, Soumokil tertangkap. Ia
diajukan ke Mahmilub, kemudian dijatuhi hukum-
an mati.
4. Pemberontakan PRRI
Pemberontakan PRRI dan Permesta berhu-
bungan satu sama lain. Pemberontakan PRRI dan
Permesta terjadi di tengah-tengah situasi politik
yang sedang bergolak, pemerintahan yang tidak
stabil, masalah korupsi, perdebatan-perdebatan
dalam konstituante. Penyebab langsung terjadinya
pemberontakan adalah pertentangan antara peme-
rintah pusat dan beberapa daerah mengenai otono-
mi serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah. Semakin lama pertentangan itu semakin
meruncing. Sikap tidak puas tersebut didukung
oleh sejumlah panglima angkatan bersenjata.
Pada tanggal 9 Januari 1958, diadakan suatu
pertemuan di Sungai Dareh, Sumatera Barat. Per-
temuan itu dihadiri tokoh-tokoh militer dan sipil.
Tokoh-tokoh militer yang hadir, antara lain: Letkol
Achmad Husein, Letkol Sumual, Kolonel Simbolon,
Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel Zulkifli Lu-
bis. Tokoh-tokoh sipil yang hadir antara lain: M.
Natsir, Sjarif Usman, Burhanuddin Harahap, dan
Sjafruddin Prawiranegara. Dalam pertemuan ter-
sebut dibicarakan masalah pembentukan pemerin-
tah baru dan hal-hal yang berhubungan dengan
pemerintah baru itu.
Gambar 2.2.6
Andi Aziz diadili di pengadilan militer di Yogyakarta.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Atas kejadian tersebut, pemerintah kemudian
memanggil Andi Azis ke Jakarta untuk menyelesai-
kan persoalan yang tengah dihadapi. Akan tetapi,
panggilan tersebut tidak diindahkan Andi Azis.
Tindakan Andi Azis yang tidak segera datang ke
Jakarta sampai batas waktu yang ditentukan di-
anggap sebagai pembangkangan terhadap peme-
rintah. Oleh karena itu, pemerintah pusat mengirim
pasukan untuk menangkap Andi Azis. Pasukan itu
dipimpin
Kolonel A.E. Kawilarang
.
Akhirnya, pada bulan April 1950 Andi Azis
menyerahkan diri kepada pemerintah RIS. Ia dia-
dili di Yogyakarta. Dalam waktu singkat pemberon-
takan ini dapat ditumpas oleh tentara Ind onesia.
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
65
Black 65
Cyan 65
Pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat
raksasa di Padang.
Letkol Achmad Husein
mem-
beri ultimatum kepada pemerintah pusat yang
isinya sebagai berikut.
Dalam waktu 5 x 24 jam Kabinet Djuanda me-
nyerahkan mandat kepada Presiden atau Presi-
den mencabut mandat Kabinet Djuanda.
Meminta Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta
dan Sultan Hamengkubuwono IX untuk mem-
bentuk kabinet baru.
Meminta kepada Presiden supaya kembali ke-
pada kedudukannya sebagai Presiden konstitu-
sional.
Ultimatum tersebut ditolak. Letkol Achmad
Husein, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dachlan
Djambek, dan Kolonel Simbolon dipecat.
Pada tanggal 15 Februari 1958, Achmad Husein
memproklamirkan berdirinya Pemerintah Revolu-
sioner Republik Indonesia (PRRI). Proklamasi itu
diikuti dengan pembentukan kabinet. Kabinet itu
dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara sebagai
Perdana Menteri. Pusat PRRI berkedudukan di Pa-
dang. Dengan proklamasi itu, PRRI memisahkan
diri dari pemerintah pusat. Proklamasi PRRI diiku-
ti Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
5. Pemberontakan Permesta
Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI
di Sumatera. Pada tanggal 17 Februari 1958,
Letkol
D.J. Somba
(Komandan Daerah Militer Su lawesi
Utara dan Tengah) memutuskan hubungan dengan
pemerintah pusat dan mendukung PRRI. Para to-
koh militer di Sulawesi memproklamasikan Pia-
gam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
Pelopor Permesta adalah
Letkol Vence Sumual
.
Pemberontak Permesta menguasai daerah Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Utara.
Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah
membentuk
Komando Operasi Merdeka.
Misi ini dipim-
pin oleh
Letkol Rukminto Hendraningrat
. Pada
bulan April 1958, Operasi Merdeka segera dilancar-
kan ke Sulawesi Utara. Ternyata dalam petualang-
annya, Permesta mendapat bantuan dari pihak
asing. Hal ini terbukti saat ditembak jatuhnya se-
buah pesawat pada tanggal 18 Mei 1958 di atas
Ambon. Ternyata pesawat itu dikemudikan
A. L.
Pope
seorang warga negara Amerika Serikat.
Di bulan Agustus 1958 pemberontakan Per-
mesta dapat dilumpuhkan walaupun sisa-sisanya
masih ada sampai tahun 1961. Pemerintah membe-
ri kesempatan kepada pengikut PRRI/Permesta
untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
e.e.
e.e.
e.
Kemacetan konstituante
Kemacetan konstituante
Kemacetan konstituante
Kemacetan konstituante
Kemacetan konstituante
Pemilu I ini mengantar terbentuknya Dewan
Konstituante. Selama k
urun waktu
1956-1959
Dewan Kons
tituante belum berhasil merumuskan
Undang-Undang Dasar yang baru. Situasi politik
Indonesia dalam rentang waktu tersebut semakin
tidak menentu. Partai-partai pemenang pemilu
tahun 1955 tidak mampu menyelesaikan persoalan-
persoalan politik dalam negeri yang semakin
memanas.
Kehidupan politik semakin memburuk dengan
munculnya gejala separatisme. Di daerah-daerah
muncul sistem pemerintahan sendiri yang tidak
mengakui pemerintah pusat, misalnya PRRI dan
Permesta.
Ketidakberhasilan Konstituante menyusun un-
dang-undang dasar baru dan kehidupan politik
yang tidak stabil menimbulkan ‘frustrasi’ bagi ma-
syarakat Indonesia. Dalam situasi semacam ini, rak-
yat berharap pemerintah meninjau kembali cara
kerja Dewan Konstituante. Rakyat menginginkan
adanya keputusan yang bijaksana dan tepat, se-
hingga kemacetan dalam sidang dapat teratasi.
Di tengah-tengah frustrasi nasional yang terus
meningkat itu, pada tanggal 22 April 1959,
Presi-
den Soekarno
berpidato di depan sidang Konstitu-
ante. Presiden Soekarno antara lain menganjurkan
agar dalam rangka demokrasi terpimpin, Konstitu-
ante menetapkan UUD 1945 menjadi UUD Republik
Indonesia. Konstituante kemudian mengadakan si-
dang untuk membahas usulan tersebut.
Gambar 2.2.7
Kolonel Akhmad Yani mengadakan inspeksi
setelah kota Bukittinggi diduduki kembali oleh APRI.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Untuk mengatasi gerakan ini, TNI melancarkan
operasi gabungan AD, AL, dan AU dikenal dengan
nama
Operasi 17 Agustus.
Operasi ini dipimpin oleh
Kolonel Akhmad Yani
. Di Sumatera Utara,
Operasi
Sapta Marga
dilaksanakan di bawah pimpinan
Bri-
gadir Jenderal Jatikusumo
. Di Sumatera Selatan,
Operasi Sadar
dipimpin
Letnan Kolonel Dr. Ibnu
Sutowo
. Tujuan operasi militer ini adalah meng-
hancurkan kekuatan pemberontak dan mencegah
campur tangan asing.
Berangsur-angsur wilayah pemberontak dapat
dikuasai. Pada tanggal 29 Mei
1958, Achmad Husein
dan pasukannya secara resmi menyerah. Penye-
rahan diri itu disusul para tokoh PRRI lainnya.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
66
Black 66
Cyan 66
Gambar 2.2.8
Suasana setelah pemungutan suara terakhir pada tanggal 2 Juni 1959. Keesokan harinya Konstituante
mengadakan reses, yang ternyata untuk selamanya.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Pada tanggal 29 Mei 1959 diadakan pemungut-
an suara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Pemungutan suara tidak memenuhi kuorum. Ba-
nyak anggota Dewan Konstituante yang tidak ha-
dir. Kemudian diadakan pemungutan suara y ang
kedua pada tanggal 2 Juni 1959. Pemungutan suara
kedua juga tidak memenuhi kuorum. Dengan demi-
kian, terjadi lagi kemacetan dalam Konstituante.
Kegagalan yang kedua ini tidak ditanggapi de-
ngan pemungutan suara yang ketiga. Akan tetapi,
para anggota dewan mengadakan
reses
atau istira-
hat bersidang mulai tanggal 3 Juni 1959. Ternyata
reses ini tidak hanya sementara waktu tetapi
untuk selamanya. Artinya, Dewan Konstituante
membu-barkan diri.
f.f.
f.f.
f.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Untuk menanggulangi hal-hal yang dapat mem-
bahayakan negara,
Letjen A. H Nasution
, selaku
Kepala Staf Angkatan Darat, mengeluarkan larang-
an bagi semua kegiatan politik terhitung sejak
tanggal 3 Juni 1959. Partai Nasional Indonesia me-
lalui ketuanya,
Soewirjo
, mengirim surat kepada
Presiden Soekarno, yang waktu itu berada di Jepang.
Surat itu berisi anjuran agar presiden mendekritkan
kembali berlakunya UUD 1945 dan membubarkan
Konstituante. Partai Komunis Indonesia melalui ke-
tuanya,
Aidit
, memerintahkan segenap anggotanya
untuk tidak menghadiri sidang-sidang, kecuali si-
dang Konstituante.
Kehidupan politik semakin buruk dan mengan-
cam persatuan dan kesatuan bangsa. Di daerah-
daerah terjadi pemberontakan merebut kekuasaan.
Partai-partai yang mempunyai kekuasaan tidak
mampu menyelesaikan persoalan. Soekarno dan
TNI tampil untuk mengatasi krisis yang sedang
melanda Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit
Presiden untuk kembali ke UUD 1945.
Pertimbangan dikeluarkannya dekrit Presiden
adalah sebagai berikut.
Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak
memperoleh keputusan dari Konstituante.
Konstituante tidak mungkin lagi menyelesai-
kan tugasnya karena sebagian besar anggota-
nya telah menolak menghadiri sidang.
Kemelut dalam Konstituante membahayakan
persatuan, mengancam keselamatan negara,
dan merintangi pembangunan nasional.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tang-
gal 5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan (dekrit).
Keputusan itu dikenal dengan nama “Dekrit Presi-
den 5 Juli 1959”. Isi dekrit ini adalah sebagai berikut.
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya UUD 1945.
Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rak-
yat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbang-
an Agung Sementara (DPAS).
Secara lengkap bunyi De krit Presiden 5 Ju li
1959 sebagai berikut.
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
67
Black 67
Cyan 67
DEKRIT KEMBALI KEPADA UUD 1945
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG
Dengan ini menyatakan dengan khidmat:
Bahwa anjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945, yang disampaikan kepada se-
genap rakyat Indonesia dengan Amanat Presiden pada tanggal 22 April 1959, tidak memperoleh keputusan dari Konstituante
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Sementara.
Bahwa berhubung dengan pernyataan sebagian terbesar Anggota-Anggota Sidang Pembuat Undang-Undang Dasar untuk
tidak menghadiri sidang, Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya.
Bahwa hal yang demikian menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan keselamatan Negara,
Nusa dan Bangsa, serta merintangi pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
.
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat Indonesia dan didorong oleh keyakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh
satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Negara Proklamasi.
Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.
Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/ PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG:
Menetapkan pembubaran Konstituante:
Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
terhitung mulai hari tanggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara.
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang terdiri atas Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 5 Juli 1959
Atas nama rakyat Ind onesia
Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang
SOEKARNO
Sumber:
Dikutip dari 30 Tahun Indonesia Merdeka
.
B. Keadaan ekonomi
Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi
liberal tidak menunjukkan arah yang stabil. Ang-
garan pemerintah mengalami defisit. Defisit itu di-
sebabkan antara lain oleh beberapa hal berikut ini.
Pengeluaran pemerintah yang semakin me-
ningkat karena tidak stabilnya situasi politik.
Pemerintah tidak berhasil meningkatkan pro-
duksi dengan menggunakan sumber-sumber
yang masih ada.
Politik keuangan dirancang di Belanda sebagai
akibat dari politik kolonial Belanda. Kita tidak
diwarisi ahli-ahli ekonomi yang cukup.
Keadaan ekonomi pada masa liberal ditand ai
oleh lemah atau rendahnya partisipasi kelas pe-
ngusaha dalam sektor perdagangan. Para pengu-
saha Indonesia tidak bisa mengambil bagian secara
aktif dalam sektor perdagangan karena tidak memi-
liki modal yang cukup.
Dr. Sumitro Djojohadiku-
sumo
mencermati hal ini, dan memandang perlu
untuk memperkuat kelas pengusaha ini. Beliau ber-
pendapat bahwa perdagangan dan perekonomian
Indonesia harus segera ditingkatkan dengan mem-
perkuat kelas pengusaha. Dia mengusulkan kepada
pemerintah supaya membantu dan membimbing
para pengusaha secara konkret dengan memberi
mereka kredit. Dr. Sumitro yakin, pemberian kredit
atau modal akan memacu perkembangan perda-
gangan dan ekonomi nasional, dan dengan demi-
kian memajukan perekonomian nasional itu sendiri
(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto.
Sejarah Nasional Indonesia VI
, 1992: 240-
241).
Pada masa
Kabinet Natsir
(September 1950 - April
1951) gagasan Sumitro tersebut dilaksanakan. Pro-
gram itu terkenal dengan sebutan Program Benteng.
Selama tiga tahun (1950 - 1953) , lebih kurang 700
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
68
Black 68
Cyan 68
perusahaan bangsa Indonesia mendapat kredit
bantuan dari Program Benteng. Program ini pada
dasarnya ditujukan untuk melindungi usaha-
usaha pribumi. Namun, tujuan dalam program ini
tidak tercapai. Para pengusaha Indonesia lamban
menjadi dewasa, bahkan ada yang menyalahgu-
nakan bantuan pemerintah. Selain itu, pemerintah
juga melaksanakan program industrialisasi. Pro-
gram ini dikenal sebagai “Rencana Sumitro”. Sa-
saran rencana Sumitro ditekankan terutama pada
pembangunan industri dasar. Misalnya, pendirian
pabrik semen, pemintalan, karung, percetakan, dan
lain-lain. Kebijakan ini diikuti dengan usaha pe-
ningkatan produksi pangan, perbaikan prasarana,
dan penanaman modal asing.
Pada masa Kabinet Sukiman (April 1951 - Fe-
bruari 1952), pemerintah berusaha membatasi kri-
sis moneter. Krisis moneter yang dihadapi adalah
defisit anggaran belanja tahun 1952 sebanyak 3 mil-
yar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya. Kebijakan pemerintah dalam bidang
ekonomi yang dilakukan antara lain:
menasionalisasi
De Javasche Bank
,
menurunkan biaya ekspor dan melakukan
penghematan, dan
melanjutkan program Benteng dengan membe-
rikan bantuan pinjaman kepada para pengusa-
ha nasional golongan ekonomi lemah.
Pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I ( Juli
1953–Agustus 1955), ada beberapa kebijakan yang
diusahakan dalam bidang ekonomi.
Mr Iskak Tjokrohadisurjo (menteri perekonomi-
an) melaksanakan kebijakan Indonesianisasi.
Pemerintah berusaha mendorong tumbuh dan
berkembangnya pengusaha-pengusaha swasta
nasional pribumi untuk merombak ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional. Langkah-
langkah yang diambil antara lain:
5
mewajibkan perusahaan-perusahaan asing
memberikan pelatihan dan tanggung jawab
kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia un-
tuk menduduki jabatan-jabatan staf,
5
mendirikan perusahaan-perusahaan nega-
ra,
5
menyediakan kredit dan lisensi bagi usa-
ha-usaha swasta nasional, dan
5
memberikan perlindungan bagi pengusaha
swasta nasional agar mampu bersaing de-
ngan perusahaan-perusahaan asing yang
ada.
Membentuk Biro Perancang Negara. Biro ini
bertugas merancang pembangunan jangka
panjang. Biro ini dipimpin oleh Ir. Djuanda yang
kemudian diangkat sebagai Menteri Perancang
Nasional.
Pada bulan Mei 1956, Biro Perancang Negara
menghasilkan Rancangan Pembangunan Lima Ta-
hun (1956–1961). Rencana Undang-Undang ten-
tang Rencana Pemba ngunan ini disetujui DPR.
Karena situasi politik dan ekonomi, Rencana Pem-
bangunan Lima Tahun ini tidak dapat dilaksana-
kan. Faktor-faktor yang memberatkan pelaksanaan
Rencana Pembangunan Lima Tahun antara lain:
Rendahnya pendapatan negara karena mero-
sotnya harga ekspor bahan mentah.
Perjuangan pembebasan Irian Jaya yang men-
dorong pemerintah untuk melaksanakan na-
sionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia.
Ketegangan yang terjadi antara pusat dan dae-
rah.
Dewan-dewan yang terbentuk di beberapa da-
erah di luar Jawa mengambil kebijakan sendiri
dalam hal ekonomi dengan melakukan perda-
gangan barter langsung ke luar negeri.
Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai operasi penumpasan pemberon-
takan-pemberontakan di berbagai daerah.
2.2.4 Masa Demokrasi
Terpimpin
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan
dari berbagai pihak. Kepala Staf Angkatan Darat
mengeluarkan perintah harian bagi seluruh anggo-
ta TNI untuk melaksanakan dan mengumumkan
dekrit tersebut. Mahkamah Agung membenarkan
dekrit tersebut. DPR hasil pemilu pertama, pada
tanggal 22 Juli 1959 menyatakan kesediaan untuk
bekerja berdasarkan UUD 1945.
Negara Indonesia kembali kepada UUD 1945
dengan beberapa alasan sebagai berikut.
UUD 1945 tidak mengenal bentuk negara se-
rikat dan hanya mengenal bentuk negara ke-
satuan sesuai dengan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika”.
UUD 1945 tidak mengenal
dualisme
kepemim-
pinan (dua pimpinan) antara pimpinan peme-
rintah (perdana menteri) dan pimpinan negara
(presiden).
UUD 1945 mencegah timbulnya liberalisme,
baik dalam politik maupun ekonomi dan juga
mencegah timbulnya kediktatoran.
UUD 1945 menjamin adanya pemerintahan
yang stabil.
UUD 1945 menjadikan Pancasila sebagai falsa-
fah hidup bangsa Indonesia dan dasar negara.
Bagaimana situasi politik dan ekonomi setelah
5 Juli 1959?
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
69
Black 69
Cyan 69
A. Situasi politik
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno melakukan tindakan politik untuk mem-
bentuk alat-alat negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 1945. Selain itu, Presiden Soekarno mu-
lai mencetuskan demokrasi terpimpin.
a.a.
a.a.
a.
Pembentukan alat-alat negara
Pembentukan alat-alat negara
Pembentukan alat-alat negara
Pembentukan alat-alat negara
Pembentukan alat-alat negara
1. Pembentukan Kabinet Kerja
Dengan berlakunya kembali Undang-Undang
Dasar 1945, mulai tanggal 10 Juli 1959 Kab inet
Djuanda (Kabinet Karya) dibubarkan. Kemudian
dibentuk kabinet baru. Dalam kabinet baru ini, Pre-
siden Soekarno bertindak sebagai Perdana Menteri.
Sementara itu, Djuanda ditunjuk sebagai Menteri
Pertama. Kabinet baru ini diberi nama Kabinet
Karya. Program Kabinet Kerja ada tiga, yaitu: kea-
manan dalam negeri, pembebasan Irian Jaya, dan
sandang dan pangan.
2. Pembentukan MPRS
Dalam dekrit presiden 5 Juli 1959 ditegaskan
bahwa pembentukan MPRS akan diselenggarakan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Anggota
MPRS terdiri dari anggota-anggota DPR ditambah
dengan utusan daerah-daerah dan golongan. Oleh
karena itu, pembentukan majelis merupakan pe-
menuhan dekrit tersebut.
MPRS merupakan pengganti Dewan Konstitu-
ante yang telah bubar. Anggota-anggota MPRS di-
tunjuk dan diangkat oleh Presiden. MPRS dibentuk
berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959.
Anggota MPRS harus memenuhi syarat, antara la-
in: setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada
perjuangan RI, dan setuju dengan Manifesto Politik.
Keanggotaan MPRS menurut Penpres No. 2 Ta-
hun 1959 terdiri atas: 261 orang anggota DPR; 94
orang utusan daerah; dan 200 orang golongan kar-
ya. Sedangkan tugas MPRS adalah menetapkan Ga-
ris-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
3. Pembentukan DPAS
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
dibentuk berdasarkan Penpres No. 3 tahun 1959.
DPAS ini bertugas memberi jaw aban atas perta-
nyaan Presiden dan berhak mengajukan usul kepa-
da pemerintah. DPAS diketuai oleh Presiden dan
beranggotakan 45 orang, terdiri atas: 12 orang wakil
golongan politik, 8 orang utusan atau wakil daerah,
24 orang wakil dari golongan karya dan 1 orang
wakil ketua.
4. DPR hasil pemilu 1955 tetap
DPR hasil Pemilu I tahun 1955 yang dibentuk
berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 tetap menjalan-
kan tugasnya berdasarkan UUD 1945. DPR tersebut
harus menyetujui perubahan-perubahan yang di-
lakukan oleh pemerintah sampai DPR yang baru
tersusun.
b.b.
b.b.
b.
Menegakkan demokrasi terpimpin
Menegakkan demokrasi terpimpin
Menegakkan demokrasi terpimpin
Menegakkan demokrasi terpimpin
Menegakkan demokrasi terpimpin
1. Penetapan Manipol sebagai GBHN
Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekar-
no berpidato. Pidatonya diberi judul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita”. Pidato tersebut merupa-
kan penjelasan dan pertanggungjawaban atas De-
krit 5 Juli 1959 dan merupakan kebijakan Presiden
Soekarno pada umumnya dalam mencanangkan
sistem demokrasi terpimpin. Pidato ini kemudian
dikenal dengan sebutan “Manifesto Politik Repu-
blik Indonesia” (Manipol).
DPAS dalam sidangnya pada bulan September
1959 mengusulkan kepada pemerintah agar pidato
Presiden Soekarno yang berjudul “Penemuan Kem-
bali Revolusi Kita” dijadikan Garis-garis Besar Ha-
luan Negara dan dinamakan “Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol)”.
Gambar 2.2.9
Presiden Soekarno sedang berpidato pada
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pada tanggal 17
Agustus 1959. Pidato ini kemudian dikenal sebagai
Manifesto Politik Republik Indonesia dan ditetapkan
sebagai GBHN.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Presiden Soekarno menerima baik usulan ter-
sebut. Pada sidangnya tahun 1960, MPRS dengan
ketetapan MPRS No. 1/MPRS/1960 menetapkan Ma-
nifesto Politik menjadi Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Ketetapan tersebut juga memutus-
kan bahwa pidato Presiden Soekarno pada tanggal
7 Agustus 1960, yang berjudul “Jalannya Revolusi
Kita” dan pidato di depan sidang Umum PBB yang
berjudul “Membangun Dunia Kembali” (
To Build
the World a New)
merupakan Pedoman-pedoman Pe-
laksanaan Manifesto Politik. Dalam pidato pembu-
kaan Kongres Pemuda di Bandung pada bulan Fe-
bruari 1960, Presiden Soekarno menyatakan bahwa
intisari Manipol ada lima. Lima intisari itu adalah
UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi T er-
pimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian In-
donesia (USDEK).
2. Pembentukan DPR-GR
Pada tanggal 5 Maret 1960 DPR hasil Pemilu I
tahun 1955 dibubarkan oleh Presiden Soekarno, ka-
rena menolak Rencana Anggaran Belanja Negara
yang diajukan oleh pemerintah. Tidak lama kemu-
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
70
Black 70
Cyan 70
dian Presiden berhasil menyusun daftar anggota
DPR. DPR yang baru dibentuk tersebut dinamakan
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-
GR). Seluruh DPR-GR ditunjuk oleh Presiden me-
wakili golongan masing-masing. Anggota DPR-GR
dilantik pada tanggal 25 Juni 1960. Dalam upacara
pelantikan tersebut, Presiden Soekarno menyata-
kan bahwa tugas DPR-GR adalah melaksanakan
Manipol, merealisasikan amanat penderitaan rak-
yat, dan melaksanakan demokrasi terpimpin.
Pada upacara pelantikan wakil-wakil ketua
DPR-GR tanggal 5 Januari 1961, Presiden Soekarno
menjelaskan kedudukan DPR-GR. DPR-GR adalah
pembantu presiden/mandataris MPRS dan membe-
ri sumbangan tenaga kepada Presiden untuk me-
laksanakan segala sesuatu yang ditetapkan MPRS.
rena itu, pembentukan DPR-GR supaya ditang-
guhkan. Alasannya adalah sebagai berikut.
Perubahan perimbangan perwakilan golong-
an-golongan dalam DPR-GR memperkuat pe-
ngaruh dan kedudukan suatu golongan tertentu
yang mengakibatkan kegelisahan-kegelisahan
dalam masyarakat dan memungkinkan terja-
dinya hal-hal yang tidak diinginkan.
DPR yang demikian, pada hakikatnya adalah
DPR yang hanya mengiyakan saja, sehingga ti-
dak dapat menjadi soko guru negara hukum
dan demokrasi yang sehat.
Pembaruan dengan cara pengangkatan seba-
gaimana yang dipersiapkan itu adalah ber-
tentangan dengan asas-asas demokrasi yang
dijamin oleh undang-undang.
Tokoh-tokoh lain yang tidak menjadi anggota
Liga Demokrasi juga menyatakan keberatan ter-
hadap pembubaran DPR hasil Pemilu tahun 1955.
Misalnya,
Mr. Sartono
dan
Mr. Iskaq Cokrohadi-
suryo
(teman lama Presiden Soekarno dalam PNI).
Di samping itu, juga muncul reaksi keras dari Mas-
yumi dan PRI.
Sutomo
(Bung Tomo) dari Partai
Rakyat Indonesia (PRI) lewat pengaduannya yang
disampaikan pada tanggal 22 Juni 1960 dengan te-
gas menyatakan bahwa kabinet yang dipimpin
Soekarno melakukan pelanggaran terhadap UUD
1945. Pelanggaran yang dilakukan adalah membu-
barkan Parlemen Republik Indonesia hasil pilihan
rakyat. Menurut Sutomo, tindakan pembubaran
parlemen hasil pilihan rakyat merupakan tindakan
yang sewenang-wenang. Dikatakan sewenang-
wenang karena:
ada paksaan untuk menerima Manipol tanpa
diberi waktu terlebih dulu untuk mempela-
jarinya;
ada paksaan untuk bekerja sama antara golong-
an nasionalis, agama, dan komunis.
Reaksi-reaksi yang dilancarkan beberapa par-
tai tersebut ditanggapi Presiden Soekarno dengan
rencana membubarkan partai-partai tersebut.
Rencana pembubaran partai-partai ditentang oleh
PNI dan PKI sehingga Presiden Soekarno tidak jadi
membubarkannya.
Partai PNI dan PKI merupakan partai yang de-
kat dengan Presiden, maka suaranya didengarkan.
Sedangkan Partai Masyumi dan PSI yang terlibat
pemberontakan PRRI/Permesta dibubarkan pada
tanggal 17 Agustus 1960 oleh Presiden Soekarno.
4. Kedudukan PKI semakin kuat
Di antara partai-partai yang ada, PKI merupa-
kan partai yang menempati kedudukan istimewa
di dalam sistem Demokrasi T erpimpin. Di bawah
pimpinan
D. N. Aidit
, dengan tegas PKI mendukung
konsepsi Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno
yang berporoskan pada Nasakom. PKI berhasil
Gambar 2.2.10
Pelantikan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong oleh Presiden Soekarno pada
tanggal 25 Juni 1960.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
DPR-GR ternyata tidak dapat menjalankan
fungsi sebagaimana tuntutan UUD 1945 karena
anggotanya ditunjuk Presiden Soekarno. Mereka
selalu tunduk terhadap keputusan Soekarno. DPR
yang menurut UUD 1945 seharusnya sejajar de-
ngan Presiden pada kenyataannya berada di ba-
wah presiden. Bahkan, ketua DPR-GR berasal dari
menteri yang menjadi bawahan Presiden.
3. Reaksi terhadap pembubaran DPR hasil Pemilu
1955
Tindakan pembubaran DPR hasil Pemilu terse-
but mendapat reaksi keras dari partai-partai. Pada
bulan Maret tahun 1960, beberapa partai mendi-
rikan Liga Demokrasi. Liga Demokrasi diketuai oleh
Imron Rosyadi
dari NU. Anggota Liga Demokrasi
terdiri dari beberapa tokoh partai politik seperti
Masyumi, Parkindo, Partai Katolik, Liga Muslimin,
PSI, dan IPKI. Mereka menyatakan bahwa kebijak-
sanaan Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu
I serta pembentukan DPR-GR merupakan tindakan
yang tidak tepat.
Liga Demokrasi mengusulkan agar dibentuk
DPR yang demokratis dan konstitusional. Oleh ka-
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
71
Black 71
Cyan 71
meyakinkan Presiden Soekarno bahwa tanpa PKI,
Presiden Soekarno akan lemah terhadap PNI. Ikut
sertanya PKI dalam kehidupan politik Indonesia
berarti menduakan Pancasila dengan suatu ideo-
logi yang bertentangan. Letak pertentangannya
adalah sebagai berikut.
Pancasila berlandaskan Ketuhanan Yang Maha
Esa, sedangkan PKI cenderung ateis.
Pancasila berasaskan Persatuan Indonesia, se-
dangkan PKI berdasarkan internasionalisme.
Pancasila berasaskan kerakyatan yang di-
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per-
musyawaratan perwakilan, sedangkan komu-
nisme berlandaskan pertentangan antarkelas.
Dengan cara mendekati Presiden Soekarno, ke-
dudukan PKI semakin kuat. Manipol harus dipe-
gang teguh sebagai satu-satunya ajaran Revolus i
Indonesia sehingga kedudukan Pancasila digeser
oleh Manipol. Secara tegas, D.N. Aidit menyatakan
bahwa Pancasila hanya dibutuhkan sebagai alat
pemersatu. Kalau rakyat Indonesia sudah bersatu,
Pancasila tidak diperlukan lagi. Keadaan semacam
ini menggelisahkan berbagai kalangan yang sepe-
nuhnya meyakini Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup.
Sekelompok wartawan yang mempunyai keya-
kinan kuat terhadap Pancasila membentuk
Badan
Pendukung Soekarnoisme
(BPS) dengan harapan agar
Presiden Soekarno berpaling dari PKI dan menem-
patkan diri di pihak pembela Pancasila. Dukungan
ini tidak diterima oleh Presiden Soekarno. Justru
BPS dilarang kehadirannya. Di antara partai-par-
tai yang masih berani meneror mental PKI adalah
Partai Murba
. Akan tetapi, akhirnya PKI berhasil
mempengaruhi Presiden Soekarno untuk membu-
barkan Partai Murba. PKI juga berhasil menyusup
ke dalam tubuh partai-partai dan beberapa organi-
sasi lain yang ada pada waktu itu. Penyusupan
PKI itu mengakibatkan pecahnya PNI menjadi dua.
PNI pimpinan
Ali Satroamijoyo
disusupi tokoh PKI
Ir. Surachman
sehingga haluannya menjadi sejajar
dengan PKI. Sedangkan, tokoh-tokoh marhaenis se-
jati malah dikeluarkan dengan dalih mereka adalah
marhaenis gadungan. Mereka ini kemudian mem-
bentuk kepengurusan sendiri di bawah pimpinan
Osa Maliki
dan
Usep Ranawijaya
. Kemudian dike-
nal sebagai
PNI Osa-Usep
.
Satu-satunya kekuatan sosial politik terorgani-
sasi yang mampu menghalangi PKI dalam usaha-
nya merobohkan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila adalah TNI. Oleh karena itu, PKI memu-
satkan perhatiannya kepada TNI dari dalam. PKI
membina kader-kader dan simpatisan-simpatisan
di kalangan anggota TNI dengan cara menjelek-
jelekkan nama pimpinan TNI yang gigih membela
Pancasila.
Daerah-daerah, terutama yang banyak kader
PKI-nya melancarkan aksi sepihak. Barisan T ani
Indonesia (BTI) sebagai ormas PKI diperintahkan
mengambil begitu saja tanah-tanah orang lain un-
tuk kemudian dibagi-bagikan kepada anggotanya.
Tindakan PKI ini tampaknya merupakan ujian bagi
TNI yang berhadapan dengan massa. Di berbagai
tempat terjadi pengeroyokan terhadap anggota
TNI oleh massa PKI, misalnya di Boyolali. Tindakan
PKI yang menelan banyak korban jiwa dan harta
ini sementara masih ‘didiamkan’ oleh pemerintah.
Karena merasa menang, PKI lebih meningkat-
kan aksinya. PKI menyarankan kepada Presiden
Soekarno untuk membentuk Angkatan ke-5. Seba-
gian anggota angkatan ke-5 akan diambil dari PKI
yang telah menjadi sukarelawan Dwikora. Usaha
pembentukan Angkatan ke-5 ini sampai akhir ma-
sa demokrasi terpimpin dapat digagalkan oleh TNI,
khususnya Angkatan Darat. Di samping itu, PKI
juga menuntut dibentuknya Kabinet Nasakom
yang harus mempunyai menteri-menteri dari PKI.
Tuntutan ini sebagian dikabulkan oleh Presiden
Soekarno dengan mengangkat pimpinan utama PKI
seperti D. N. Aidit, Lukman, dan Nyoto menjadi
menteri, walaupun tidak memegang departemen.
5. Pembentukan Front Nasional dan MPPR
Dalam rangka menegakkan demokrasi terpim-
pin, Presiden Soekarno juga membentuk lembaga-
lembaga lain. Selain MPRS, DPR-GR, DP AS, dan
Kabinet, Presiden membentuk Front Nasional, Mu-
syawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR),
dan Dewan Perancang Nasional (Depernas).
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penpres
No. 13 Tahun 1959. Front Nasional adalah organi-
sasi massa yang memperjuangkan cita-cita Prokla-
masi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD
1945. Front Nasional diketuai Presiden Soekarno.
MPPR dibentuk berdasarkan Penpres No. 4 Ta-
hun 1962 yang anggotanya bertugas membantu
Presiden Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolu-
si dalam mengambil kebijaksanaan khusus dan da-
rurat dalam m enyelesaikan revolusi. Angg ota
MPPR adalah para menteri yang mewakili MPRS
dan DPR-GR, departemen-departemen, angkatan-
angkatan, dan wakil dari organisasi Nasakom.
6. Penyimpangan dari UUD 1945
Pada masa demokrasi terpimpin, tampak bah-
wa Presiden Soekarno menjadi “pemimpin tung-
gal” dan sumber pedoman kehidupan bernegara.
Konstitusi yang ada diabaikan. Oleh karena itu, ter-
dapat kemungkinan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan terhadap konstitusi.
Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, pada awal-
nya masyarakat Indonesia yakin bahwa dengan
kembali kepada UUD 1945, bangsa dan negara Indo-
nesia akan mengalami perubahan struktur politik
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
72
Black 72
Cyan 72
yang lebih baik. Masyarakat yang telah lama hidup
dalam kekacauan politik merindukan suatu masa
yang diwarnai kehidupan politik berdasarkan
konstitusi yang berlaku. Ketidakstabilan politik
menghambat perkembangan kehidupan sosial, bu-
daya, dan ekonomi. Ternyata harapan dan kerindu-
an masyarakat akan pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen tidak terpenuhi. Meskipun
secara tegas dalam dekrit dinyatakan bahwa bang-
sa Indonesia harus kembali kepada UUD 1945, ke-
nyataanya masih terdapat banyak penyimpangan
dalam pelaksanaannya.
Kebijakan Presiden Soekarno dalam penegakan
demokrasi terpimpin banyak menyimpang dari
UUD 1945. Menurut Presiden Soekarno,
terpimpin
berarti terpimpin secara “mutlak” oleh pribadinya.
Pada masa itu muncul sebutan
Pemimpin Besar Revo-
lusi.
Hal itu untuk memperlihatkan bahwa Presiden
Soekarno adalah pemimpin tunggal atau mutlak.
Sedangkan,
terpimpin
menurut UUD 1945 artinya ke-
rakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksa-
naan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
dalam hal ini dipimpin oleh MPR.
Menurut UUD 1945, presiden dipilih MPR seba-
gai mandataris MPR dan bertanggung jawab kepa-
da MPR. Dengan kata lain, kedudukan presiden ada
di bawah MPR. Hal ini sesuai dengan UUD 1945
pasal 6 ayat (2), yang berbunyi:
“Presiden dan Wakil
Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat de-
ngan suara yang
terbanyak”
. Sedangkan, dalam demo-
krasi terpimpin, berdasarkan Penetapan Presiden
No. 2 Tahun 1959, anggota Majelis Permusyawarat-
an Rakyat Sementara ditunjuk dan di angkat oleh
presiden. Dengan demikian, lembaga tertinggi ini
berada di bawah Presiden. Demikian juga dengan
DPAS dan DPR-GR.
Ketua Mahkamah Agung dan Jaksa Agung di-
angkat menjadi menteri. Padahal, kedua jabatan
tersebut menurut teori
Trias Politica
harus terpisah
dari kekuasaan eksekutif dan legislatif. Dengan de-
mikian, kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif
telah ditempatkan di bawah presiden.
Menurut UUD 1945 pasal 7:
“Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun,
dan
sesudahnya, dapat dipilih kembali”.
Sedangkan, Si-
dang Umum MPRS tahun 1963 menetapkan bahwa
Presiden Soekarno diangkat sebagai presiden seu-
mur hidup. Keputusan itu dikukuhkan dengan Tap
MPRS No. III/MPRS/1963. Ketetapan MPRS tersebut
jelas merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945.
cc
cc
c
..
..
.
Politik luar negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia
1. Landasan politik luar negeri Indonesia pada
masa demokrasi terpimpin
Pada masa demokrasi terpimpin, ada 4 doku-
men yang dijadikan sebagai landasan p olitik luar
negeri Indonesia. Dokumen-dokumen itu adalah
sebagai berikut.
UUD 1945
Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”
yang terkenal sebagai “Manifesto Politik Repu-
blik Indonesia”. Manifesto politik ini dijadikan
sebagai Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
berdasarkan Penetapan Presiden No. 1 tahun
1960, tanggal 29 Januari 1960, dan diperkuat
dengan Ketetapan MPRS No. I/MPRS/I/1 960,
tanggal 19 November 1960.
Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang
berjudul “Jalannya Revolusi Kita”. Berdasar-
kan Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960, tanggal
9 November 1960 menjadi “Pedoman Pelaksa-
naan Manifesto Politik Republik Indonesia”.
Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 di
muka Sidang Umum PBB yang berjudul “Mem-
bangun Dunia Kembali”. Pidato ini ditetapkan
sebagai “Pedoman Pelaksanaan Manifesto Po-
litik Republik Indonesia” dengan Ketetapan
MPRS No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November
1960. Kemudian berdasarkan Keputusan DPA
No. 2/Kpts/Sd/61, tanggal 19 Januari 1961, di-
nyatakan sebagai “Garis-garis Besar Politik
Luar Negeri Republik Indonesia” dan sebagai
“Pedoman Pelaksanaan Manifesto Politik Luar
Negeri Republik Indonesia”.
2. Politik luar negeri Indonesia bersifat
konfrontatif
Pada masa demokrasi terpimpin, politik luar
negeri yang dipraktikkan adalah politik luar negeri
yang revolusioner. Dalam beberapa hal politik luar
negeri Indonesia sarat konfrontasi karena masa itu
oleh Pemerintah Presiden Soekarno dianggap se-
bagai masa konfrontasi. Diplomasi yang revolusi-
oner, diplomasi yang konfrontatif, diplomasi per-
juangan, diplomasi yang mau merombak dan me-
nyusun suatu suasana dan perimbangan baru an-
tara negara-negara dipakai sebagai alat politik luar
negeri.
Presiden Soekarno memperkenalkan doktrin
politik baru. Doktrin itu mengatakan bahwa dunia
terbagi dalam dua blok, yaitu “Oldefos”
(Old Estab-
lished Forces)
dan “Nefos”
(New Emerging Forces)
. Soe-
karno menyatakan bahwa ketegangan-ketegangan
di dunia pada dasarnya akibat dari pertentangan
antara kekuatan-kekuatan orde lama (Oldefos) dan
kekuatan-kekuatan yang baru bangkit (Nefos). Im-
perialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme me-
ngabdi pada kekuatan lama.
Saat pemerintah Indonesia menganut sistem
demokrasi terpimpin, cita-cita politik luar negeri
yang bebas-aktif tidak tercapai. T erjadi penyim-
pangan-penyimpangan. Negara Indonesia ternyata
tidak bebas dari blok-blok negara lain, tetapi justru
condong ke arah blok sosialis-komunis.
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
73
Black 73
Cyan 73
Karena politik luar negeri Indonesia bersifat
konfrontatif, revolusioner dan cenderung berpihak
ke blok timur, maka pergaulan Indonesia di dunia
internasional menjadi semakin sempit. Berikut ini
adalah beberapa kebijakan luar negeri yang dilaku-
kan pemerintah pada masa demokrasi terpimpin.
Memutuskan hubungan diplomatik dengan Be-
landa (17 Agustus 1960).
Mengirim kontingen pasukan perdamaian (pa-
sukan Garuda II) ke Kongo (10 September 1960).
Indonesia ikut terlibat dalam Gerakan Non
Blok (September 1961).
Pembebasan Irian Jaya (1962).
Konfrontasi dengan Malaysia (1963).
Menyelenggarakan Ganefo I
(Games of the New
Emerging Forces)
(1963).
Indonesia keluar dari keanggotaan PBB (1964).
Mempraktikkan politik luar negeri yang con-
dong ke negara-negara sosialis-komunis (blok
timur). Indonesia membuka hubungan poros
Jakarta—Peking (Indonesia—RRC) dan poros
Jakarta—Pnom Penh—Hanoi—Peking—
Pyongyang (Indonesia — Kamboja — Vietnam
Utara—RRC—Korea Utara).
Presiden Soekarno dengan politik mercusu-
arnya berpendapat bahwa Indonesia merupakan
mercusuar yang mampu menerangi jalan bagi Nefo
di seluruh dunia. Dengan politik mercusuar, Indo-
nesia mengambil posisi sebagai pelopor dalam me-
mecahkan masalah-masalah internasional pada
masa itu. Dengan demikian Indonesia akan diakui
sebagai negara yang pantas diperhitungkan di Asia.
Pada praktiknya, politik mercusuar merugikan
masyarakat secara nasional. Dengan demikian, je-
laslah bahwa dalam masa demokrasi terpimpin,
sistem politik yang diberlakukan juga menyimpang
dari Pancasila dan UUD 1945.
3. Konfrontasi dengan Malaysia
Rencana pembentukan negara Federasi Malay-
sia yang diprakarsai Inggris menimbulkan perso-
alan baru bagi negara-negara yang berdampingan,
misalnya Indonesia, Filipina, dan Malaya. Indone-
sia secara tegas menentang pembentukan Federasi
Malaysia. Indonesia menganggap pembentukan Fe-
derasi Malaysia adalah proyek neokolonialis Ing-
gris yang membahayakan revolusi Indonesia. Satu
pangkalan militer asing yang ditujukan antara lain
untuk menentang Indonesia dan juga menentang
New Emerging Forces
di Asia Tenggara. Oleh karena
itu, pembentukan federasi itu harus digagalkan.
Pemerintah Indonesia, Malaya, dan Philipina
mengadakan beberapa kali pertemuan untuk me-
nuntaskan permasalahan tersebut. Perundingan
dilaksanakan dari bul an April - Sept ember 1963.
Berikut ini adalah rangkaian pertemuan ketiga ne-
gara yang membahas masalah pembentukan nega-
ra federasi Malaysia.
Tanggal 9–17 April 1963. Di Philipina, para
menteri luar negeri ketiga negara bertemu un-
tuk membicarakan masalah pembentukan Fe-
derasi Malaysia, kerja sama antarketiga negara,
dan mempersiapkan pertemuan-pertemuan se-
lanjutnya.
1 Juni 1963. Presiden
Soekarno (Indonesia) dan
PM Tengku Abdul Rachman (Malaya) menga-
dakan pertemuan di Tokyo, Jepang. PM Malaya
menyatakan kesediaannya untuk membicara-
kan masalah yang seda ng dihadapi dengan
Presiden RI dan Presiden Filipina, baik me-
ngenai masalah-masalah yang menyangkut
daerah Asia Tenggara maupun rencana pem-
bentukan Federasi Malaysia.
Tanggal 7–11 Juni 1963. Menteri luar negeri
Malaya, Indonesia, dan Philipina bertemu di
Manila untuk membicarakan persiapan ren-
cana pertemuan 3 kepala pemerintahan.
Tanggal 9 Juli 1963. Perd
ana Menteri Tengku
Abdul Rachman menandatangani dokumen
pembentukan Negara Federasi Malaysia di
London. Tindakan ini membuat negara Filipina
dan Indonesia bersitegang dengan Malaysia.
Tanggal 3 Juli - 5 Agustus 1963. Kepala peme-
rintahan Malaysia, Filipina, dan Indonesia me-
ngadakan pertemuan di Manila. Pertemuan ini
menghasilkan Deklarasi Manil a, Persetujuan
Manila, dan Komunike Bersama. Dalam Per-
setujuan Manila antara lain dikatakan bahwa
Indonesia dan Filipina akan menyambut baik
pembentukan Federasi Malaysia apabila du-
kungan rakyat di daerah Borneo diselidiki oleh
otoritas yang bebas dan tidak memihak, yaitu
Sekretaris Jenderal PBB atau wakilnya.
Tanggal 16 September 1963. Negara Federasi
Malaysia diresmikan, tanpa menunggu hasil
penyelidikan dari misi PBB. Pemerintah Indo-
nesia menuduh Malaysia telah melanggar De-
klarasi Bersama.
Tanggal 17 September 1963. Masyarakat di Ja-
karta mengadakan demonstrasi di Kedutaan
Besar Malaysia di Jakarta. Tindakan tersebut
dibalas oleh masyarakat Malaysia dengan me-
lakukan demonstrasi terhadap Kedutaan Besar
Indonesia di Malaysia. Hubungan diplomatik
antara Indonesia dan Malaysia putus pada
tanggal 17 September 1963. Sejak itu hubungan
Indonesia dan Malaysia semakin memanas.
Pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno se-
bagai Panglima Tertinggi ABRI dan kepala negara
berpidato mengenai Dwikora. Isi pidato itu antara
lain sebagai berikut.
Perhebat revolusi Indonesia.
Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,
Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei untuk
membubarkan Negara Boneka Malaysia.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
74
Black 74
Cyan 74
Untuk menggagalkan pembentukan Negara Fe-
derasi Malaysia itu pemerintah melakukan bebera-
pa tindakan, antara lain:
pemerintah mengadakan konfrontasi sen jata
dengan Malaysia;
pembentukan sukarelawan yang terdiri dari
ABRI dan masyarakat; dan
mengirimkan sukarelawan k e Singapura dan
Kalimantan Utara, wilayah Malaysia, melalui
Kalimantan untuk melancarkan operasi terha-
dap Angkatan Perang Persemakmuran Inggris.
Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia
membawa beberapa akibat berikut.
Timbulnya politik Poros Jakarta—Peking.
Hilangnya simpati rakyat Malaysia terhadap
Indonesia.
Kerugian materi yang sudah dikeluarkan untuk
biaya konfrontasi.
4. Indonesia keluar dari PBB
Dalam situasi konflik Indonesia—Malaysia,
Malaysia dicalonkan sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB. Menanggapi pencalonan
Malaysia tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal
31 Desember 1964 menyataka n ketidaksetujuan-
nya. Kalau PBB menerima Malaysia menjadi anggo-
ta Dewan Keamanan, Indonesia mengancam akan
keluar dari PBB. Keberatan Indonesia itu disampai-
kan oleh Kepala Perutusan Tetap RI di PBB kepada
Sekertaris Jenderal PBB, U Thant.
Ancaman Indonesia tidak mendapatkan tem-
pat di PBB. Pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia
diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Kea-
manan PBB.
Keputusan PBB ini membuat Indonesia menya-
takan diri keluar dari PBB. Indonesia tidak menjadi
anggota PBB lagi. Keluar dari PBB juga berarti kelu-
ar dari keanggotaan badan-badan PBB, khususnya
UNESCO, UNICEF, dan FAO.
Pernyataan resmi keluarnya pihak Indonesia
dari PBB disampaikan melalui Surat Menteri Luar
Negeri, Dr. Subandrio, tertanggal 20 Januari 1965.
Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa Indonesia
keluar dari PBB secara resmi pada tanggal 1 Januari
1965.
Jadi, alasan utama Indonesia keluar dari PBB
adalah karena terpilihnya Malaysia menjadi ang-
gota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
B. Keadaan ekonomi
a.a.
a.a.
a.
Dalam bidang pembangunan
Dalam bidang pembangunan
Dalam bidang pembangunan
Dalam bidang pembangunan
Dalam bidang pembangunan
Dalam bidang pembangunan, pemerintah pa-
da tahun 1958 mengeluarkan undang-undang pem-
bentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas),
yakni UU No. 80 tahun 1958. Tugas Dewan Peran-
cang Nasional adalah mempersiapkan rancangan
undang-undang pembangunan nasional yang b e-
rencana dan menilai penyelenggaraan pemba-
ngunan itu. Dewan yang beranggotakan 80 orang
wakil golongan masyarakat dan daerah ini semula
dipimpin oleh
Muhammad Yamin
.
Pada tanggal 26 Juli 1960, dewan ini berhasil
menyusun “Rancangan Dasar Undang-Undang
Pembangunan Nasional Sementara Berencana ta-
hapan tahun 1961 - 1969” yang kemudian disetujui
MPRS melalui Tap No. 2/MPRS/1960.
Pada tahun 1963, Depernas diganti namanya
menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas). Bappenas dipimpin langsung oleh Pre-
siden Soekarno. Badan ini bertugas untuk menyu-
sun rencana jangka panjang dan rencana tahunan,
baik nasional maupun daerah, mengawasi dan me-
nilai pelaksanaan pembangunan, menyiapkan dan
menilai Mandataris untuk MPRS.
b.b.
b.b.
b.
Dalam bidang ekonomi–keuangan
Dalam bidang ekonomi–keuangan
Dalam bidang ekonomi–keuangan
Dalam bidang ekonomi–keuangan
Dalam bidang ekonomi–keuangan
Pada masa demokrasi terpimpin keadaan eko-
nomi Indonesia bisa dikatakan terpuruk dan sangat
buruk. Tingkat inflasi sangat tinggi. Untuk menga-
tasi inflasi dan mencapai keseimbangan dan ke-
mantapan keadaan keu angan negara ( moneter),
pemerintah melakukan beberapa tindakan sebagai
berikut.
Mengeluarkan Peraturan Pemerintah Penggan-
ti Undang-undang No. 2 tahun 1959 yang mulai
berlaku tanggal 25 Agustus 1959. Peraturan ini
dikeluarkan untuk m
engurangi b
anyaknya
uang yang b
eredar. Untuk itu nilai uang kertas
pecahan Rp. 500 dan Rp 1000 yang beredar saat
itu diturunkan masing-masing menjadi Rp 50
dan Rp 100.
Mengeluarkan Peraturan Pemerintah Peng-
ganti Undang-undang No. 3 tahun 1959 T en-
tang pembekuan sebagian dari simpanan pada
bank-bank. Tujuannya untuk mengurangi ba-
nyaknya uang dalam peredaran.
Gambar 2.2.11
Rakyat antre untuk mendapatkan kebutuhan pokok karena
barang-barang kebutuhan pokok semakin sulit didapat.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
75
Black 75
Cyan 75
Mengeluarkan Peraturan Pemerintah Penggan-
ti Undang-undang No.6 tahun 1959. Peraturan
ini berisi tentang ketentuan bahwa bagian uang
lembaran Rp 1000 dan Rp 500 yang masih ber-
laku (yang sekarang bernilai Rp 100 dan Rp 50)
harus ditukar dengan uang kertas bank baru
sebelum tanggal 1 Januari 1960.
Menyalurkan uang dan kredit baru ke bidang
usaha-usaha yang dipandang penting bagi ke-
sejahteraan rakyat dan pembangunan.
Meskipun sudah melakukan tindakan-tindakan
di atas, pemerintah gagal. Uang yang beredar sema-
kin meningkat, sehingga inflasi juga semakin tinggi.
Kenaikan jumlah uang yang beredar ini juga dise-
babkan tindakan pemerintah yang mengeluarkan
uang rupiah baru pada tanggal 13 Desember 1965.
Tindakan ini didasarkan pada Penetapan Presiden
RI No. 27 Tahun 1965.
Kegagalan pemerintah mengatur masalah ke-
uangan dan ekonomi negara disebabkan juga oleh
tidak adanya kemauan politik dari pemerintah un-
tuk menahan diri dalam pengeluaran-pengeluar-
annya. Misalnya, untuk menyelenggarakan pro-
yek-proyek mercusuar seperti Ganefo
(Games of the
New Emerging Forces)
dan Conefo
(Conference of the
New Emerging Forces)
, pemerintah terpaksa harus
mengeluarkan uang yang setiap tahun semakin be-
sar. Akibatnya, inflasi semakin tinggi dan harga-
harga barang semakin mahal sehingga rakyat kecil
semakin sengsara.
c.c.
c.c.
c.
Dalam bidang perdagangan dan perkreditan luar
Dalam bidang perdagangan dan perkreditan luar
Dalam bidang perdagangan dan perkreditan luar
Dalam bidang perdagangan dan perkreditan luar
Dalam bidang perdagangan dan perkreditan luar
negerinegeri
negerinegeri
negeri
Negara Indonesia yang agraris belum mampu
memenuhi seluruh kebutuhannya. Hasil pertanian
dan perkebunan yang dihasilkan memang dapat
dijual ke luar negeri melalui kegiatan ekspor. Kegi-
atan perdagangan luar negeri ini bertujuan untuk
menghasilkan dan meningkatkan devisa . Devisa
inilah yang kemudian dipakai untuk membeli ba-
rang-barang kebutuhan dari luar negeri yang be-
lum bisa dihasilkan sendiri dalam negeri. Untuk
menjaga dan mempertahankan neraca perdagang-
an luar negeri yang sehat, Indonesia harus mening-
katkan ekspor supaya devisa semakin bisa diting-
katkan.
Jika terjadi bahwa devisa yang dihasilkan dari
kegiatan perdagangan luar negeri tidak mampu
menutupi seluruh biaya impor barang kebutuhan,
pemerintah "terpaksa" membuat utang luar negeri
melalui kredit-kredit yang dikucurkan negara do-
nor. Dalam hal kredit luar negeri inilah Indonesia
dapat terjebak dalam keputusan politik berpihak
pada blok tertentu yang sedang bersitegang, entah
itu Blok Barat (negara-negara demokrasi Barat)
taupun Blok Timur (negara-negara komunis).
Misalnya, melalui
Government to Government
(G
to G), pemerintah RI dan RRC mengadakan hubung-
an dagang yang menguntungkan kedua negara.
Indonesia mengekspor karet ke RRC, tetapi dengan
harga yang sangat rendah. Karet tersebut tidak
langsung dikirim ke RRC, tetapi justru diolah terle-
bih dahulu di Singapura menjadi bahan baku yang
selanjutnya diekspor Singapura ke RRC. Tentu Si-
ngapura yang menerima keuntungan lebih besar
dibandingkan Indonesia. Lebih menyakitkan lagi,
kapal-kapal yang membawa karet dari Indonesia
hanya berhenti di wilayah teritorial Singapura. Ka-
ret-karet tersebut ditampung di kapal lain yang
sudah siap membawa ke Singapura. Sementara ka-
pal-kapal dari Indonesia meneruskan perjalanan
ke Hongkong atau RRC sambil membawa karet
yang sudah diolah di Singapura dan dijual dengan
harga yang lebih mahal.
RRC kemudian mengolah bahan baku karet
dari Singapura tersebut menjadi ban dan barang-
barang lainnya lalu diekspor ke Indonesia. Celaka-
nya, barang-barang yang diekspor RRC ke Indone-
sia itu dijual sangat mahal dan diperhitungkan se-
bagai bantuan luar negeri. Hubungan perdagangan
semacam ini sangat merugikan Indonesia, karena
Indonesia tidak punya pilihan lain selain menjual
karet ke RRC. Ini terjadi karena pemerintah RI me-
milih masuk dalam blok RRC dan blok negara
komunis.
Contoh lainnya, untuk membiayai proyek-pro-
yek yang sedang dikerjakan dalam negeri, Presiden/
Mandataris MPRS mengeluarkan Instruksi Presi-
den No. 018 Tahun 1964 dan Keputusan Presiden
No. 360 tahun 1964. Isi dari instruksi presiden dan
keputusan presiden itu adalah ketentuan mengenai
penghimpunan dan penggunaan
Dana-Dana Revo-
lusi
. Dana Revolusi tersebut pada awalnya dipero-
leh dari pungutan
uang call SPP
dan pungutan yang
dikenakan pada pemberian izin impor dengan
de-
ferrend payment
(impor dibayar dengan kredit kare-
na tidak cukup persediaan devisa). Dalam praktik-
nya, barang-barang yang diimpor dengan sistem
kredit itu adalah barang-barang yang tidak mem-
beri manfaat bagi rakyat banyak k
arena m
erupakan
barang mewah atau barang perdagangan lainnya.
Akibat kebijakan luar negeri yang semacam itu,
utang-utang negara bertambah besar . Sementara
itu, ekspor barang ke luar negeri semakin menurun.
Devisa negara juga semakin menipis. Oleh karena
itu, sering terjadi bahwa beberapa negara tidak
mau lagi berhubungan dagang dengan Indonesia
karena utang-utangnya tidak dibayar. Di dalam ne-
geri, situasi keuangan yang buruk ini mengganggu
produksi, distribusi, dan perdagangan. Masyara-
katlah yang akan mengalami kerugian dari praktik
perdagangan dan perkreditan luar negeri ini.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
76
Black 76
Cyan 76
1. Salah satu hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB) adalah pembentukan negara Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari 16
negara bagian. Negara RIS tidak sesuai
dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia
sendiri. Karena itu, hasrat untuk kembali ke
NKRI terus meningkat.
Konferensi Pada tanggal 15 Agustus 1950,
Indonesia kembali ke negara kesatuan sesuai
dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus
1945.
2. Setelah kembali ke bentuk negara kesatuan
pada tahun 1950, Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer dengan Kabinet
Ministerial (1950-1959).
3. Pada masa demokrasi liberal terjadi berba-
gai pemberontakan dipicu ketidakpuasan
daerah terhadap pemerintah pusat.
4. Adanya banyak partai dan silih bergantinya
kabinet pada masa demokrasi liberal menye-
babkan ketidakstabilan politik.
5. Pemilu I diselenggarakan pada tahun 1955
dan dilaksanakan dua kali, yaitu: tanggal 29
September 1955 untuk memilih anggota DPR
dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memi-
RANGKUMAN
lih anggota Dewan Konstituante.
6. Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengelu-
arkan Dekrit Presiden. Dekrit Presiden itu
berisi tentang: (a) pembubaran Konstituante;
(b) berlakunya kembali UUD 1945; dan (c)
akan segera dibentuk MPRS dan DPAS.
7. Sebagai tindak lanjut Dekrit 5 Juli 1959, di-
bentuklah MPRS dan DP AS. DPR hasil
Pemilu 1955 tetap dipertahankan.
8. Pada masa demokrasi terpimpin pemerin-
tah melakukan penyimpangan terhadap
UUD 1945.
9.. Pada masa demokrasi terpimpin kekacauan
terjadi juga dalam bidang ekonomi. Indone-
sia mengalami inflasi dan masyarakat sema-
kin jatuh miskin.
10.Dalam pergaulan internasional, Indonesia
cenderung dekat dengan negara-negara sosi-
alis-komunis (blok timur). Indonesia tengge-
lam atau tersingkir dari pergaulan internasi-
onal setelah melakukan konfrontasi dengan
Malaysia dan keluar dari keanggotaan PBB.
I. Lengkapi dengan jawaban yang tepat!
1. Gerombolan APRA menyerang kota Bandung
pada tanggal ... .
2. Pemerintah Revolusioner Republik Indone-
sia diproklamirkan pada tanggal ... .
3. Kabinet setelah berlangsungnya Pemilu I ta-
hun 1955 adalah ... .
4. MPRS yang dibentuk setelah Dekrit Presiden
5 Juli 1959 menggantikan ... .
5. Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit un-
tuk kembali ke UUD 1945 karena ... .
6. Dasar hukum dibentuknya MPRS pada
tahun 1959 adalah ... .
7. Dasar hukum dibentuknya DPAS adalah ... .
8. Presiden Soekarno pernah diangkat sebagai
presiden seumur hidup. Dasar hukum peng-
angkatan Soekarno sebagai presiden seumur
hidup adalah ... .
9. Ketua Liga Demokrasi yang didirikan pada
ta-hun 1955 adalah ... .
10. Ganefo singkatan dari ... .
UJI KOMPETENSI DASAR
II. Jawablah dengan singkat dan tepat!
1. Berilah penjelasan tentang kembalinya Indo-
nesia ke negara kesatuan!
2. Sebutkan kabinet-kabinet pada masa demo-
krasi liberal dan masa kekuasaannya!
3. Berilah penjelasan tentang Dekrit Presiden 5
Juli 1959!
4. Siapakah Andi Azis?
5. Jelaskan bahwa pada masa demokrasi ter-
pimpin terjadi penyelewengan dari Pancasila
dan UUD 1945!
6. Mengapa DPR hasil Pemilu I tahun 1955 dibu-
barkan Presiden Soekarno?
7. Mengapa Indonesia keluar dari PBB?
8. Berilah penjelasan tentang Konfrontasi Indo-
nesia–Malaysia pada masa demokrasi ter-
pimpin!
9. Berilah penjelasan tentang MPRS dan DP AS
pada masa demokrasi terpimpin!
10. Mengapa pengangkatan Soekarno sebagai
presiden seumur hidup bertentangan dengan
UUD 1945?
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
77
Black 77
Cyan 77
III. J awablah “B” bila BENAR dan “S”
bila SALAH!
1. Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang terbentuk sebagai konsekuensi dari
kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB)
terdiri dari 16 negara bagian.
2. Dalam pembagian negara bagian, wilayah
Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku ter-
masuk Negara Jawa Timur.
3. Dalam bidang ekonomi, masalah yang diha-
dapi pemerintah RIS adalah inflasi dan de-
fisit anggaran belanja pemerintah.
4. Politik luar n egeri RIS selama m asa kepe-
mimpinan Mohammad Hatta sebagai Perda-
na Menteri bersifat memihak pada Blok
Barat.
5. Kabinet pertama yang terbentuk pada masa
demokrasi liberal adalah Kabinet Natsir .
6. Salah satu dampak negatif dari demokrasi
liberal adalah menguatnya perasaan ke-
bangsaan Indonesia.
7. Pemilihan Umum (Pemilu) pertama di In-
donesia dilaksanakan pada tahun 1955.
8. Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai
Komunis Indonesia (PKI) kalah telak dalam
pemilihan umum tahun 1955.
9. Pemberontakan APRA dipimpin oleh Kapten
Raymond Westerling.
10. Kolonel A.E. Kawilarang sangat berjasa kare-
na memimpin TNI dalam operasi penang-
kapan Andi Azis.
11. Letkol Slamet Riyadi gugur sebagai pah-
lawan bangsa dalam operasi pemberantas-
an pemberontakan APRA.
12. Salah satu isi dekrit presiden 5 Juli 1959 ada-
lah pembubaran Konstituante.
13. Pemerintahan Soekarno membubarkan DPR
RI hasil pemilihan umum tahun 1955 karena
menolak rencana anggaran belanja negara
yang diajukan pemerintah.
14. Demokrasi terpimpin menurut versi Soekar-
no adalah demokrasi yang kekuasaan selu-
ruhnya berada di tangan presiden RI.
15. Indonesia menyatakan diri keluar dari ke-
anggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tanggal 20 Januari 1965.
IV. U njuk Kerja
Berikut ini disajikan sebuah artikel yang sa-
ngat menarik mengenai pembantaian keji yang
dilakukan oleh Kapten Raymond W esterling di
Sulawesi Selatan. Dalam kelompok yang terdiri
dari 4–5 orang, coba baca artikel di bawah ini dan
kemudan diskusikan bersama-sama. Dalam ber-
diskusi, perhatikan pertanyaan panduan yang
tersedia. Ingat, hasil diskusimu akan dipresentasi-
kan di kelas. Teman-temanmu yang lain akan me-
nanggapi presentasi kamu tersebut. Selamat
berdiskusi!
Pembantaian Westerling I di
Sulawesi Selatan (Desember
1946–Februari 1947)
Setelah
Cultuurstelsel
,
Poenale Sanctie
, dan
Exorbi-
tante Rechten
, Westerling adalah hal terburuk yang
"dibawa" Belanda ke Indonesia. Mungkin bab me-
ngenai Westerling termasuk lembaran paling
hitam dalam sejarah Belanda di Indonesia. Y ang
telah dilakukan oleh Westerling serta anak buah-
nya adalah
war crimes
(kejahatan perang) dan pe-
langgaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang sangat
berat, sebagian besar dengan sepengetahuan dan
bahkan dengan ditolerir oleh pimpinan tertinggi
militer Belanda.
Pembantaian penduduk di desa-desa di Sula-
wesi Selatan adalah kejahatan atas kemanusiaan
(
crimes against humanity
). Menurut
International Crimi-
nal Court
(ICC) di Den Haag, Belanda, kejahatan
melawan kemanusiaan (
crimes against humanity
)
adalah kejahatan terbesar kedua setelah pemban-
Gambar 2.2.12
Kapten Raymond Westerling, pemimpin
pemberontakan dan pembantaian
masyarakat sipil di Sulawesi Selatan.
http://swaramuslim.com/galery/sejarah/index.php?page=pemban-taian_westerling-1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
78
Black 78
Cyan 78
taian etnis (
genocide
). Belanda dan negara-negara
Eropa yang menjadi korban keganasan tentara
Jerman selama Perang Dunia II selalu menuntut,
bahwa untuk pembantaian massal atau pun
kejahatan atas kemanusiaan, tidak ada kadaluar-
sanya. Di sini negara-negara Eropa tersebut ter-
nyata memakai
standar ganda
, apabila menyangkut
pelanggaran HAM yang mereka lakukan.
Ulah Westerling serta anak buahny a baik di
Medan, Sulawesi Selatan, Jawa Barat maupun da-
lam peristiwa APRA, hingga kini belum ada pe-
nyelesaiannya. Oleh karena itu, perlu kiranya
diungkap lebih rinci, hal-hal yang sehubungan
dengan pembantaian di Sulawesi Selatan dan "ku-
deta APRA", juga konspirasi pimpinan tertinggi
Belanda, baik sipil mau pun militer untuk menye-
lamatkan Westerling dari pengkapan dan penga-
dilan di Indonesia, setelah gagalnya kudeta APRA
tersebut.
Westerling, yang bagi sebagian besar raky at
Indonesia adalah seorang pembunuh kejam ber-
darah dingin, namun bagi sebagian orang Belanda
dia adalah seorang pahlawan yang hendak "me-
nyelamatkan" jajahan Belanda dari kolaborator
Jepang dan elemen komunis.
Tahun 1999 di Belanda terbit satu buku dengan
judul
Westerling's Oorlog
(Perangnya Westerling)
yang ditulis oleh
J.A. de Moor
. Boleh dikatakan,
ini adalah buku yang sangat lengkap dan rinci
mengenai sepak-terjang Westerling selama di In-
donesia dan pelariannya dari Indonesia setelah
"kudetanya" yang gagal. Nampaknya ada hal-hal
yang selama ini belum diketahui di Indonesia, ter-
utama menyangkut penugasannya di Sulawesi
Selatan dan latar belakang rencana "kudeta", yang
rupanya telah diketahui oleh pimpinan tertinggi
militer Belanda, dan kemudian kerjasama tingkat
tinggi Belanda meloloskan W esterling dari pe-
nangkapan pihak Republik. Buku ini penting seka-
li untuk diterbitkan dalam bahasa Indonesia.
Sumber:
http://swaramuslim.com/galery/sejarah/
index.php?page=pembantaian_westerling-1
Pertanyaan Panduan Diskusi
1. Menurut artikel ini, siapakah Westerling?
2. Mengapa penulis artikel ini menyimpulkan
bahwa Westerling telah melakukan tindakan
kejahatan melawan kemanusiaan? Apakah
kamu juga berpendapat demikian?
3. Menurut kelompokmu, mengapa Westerling
berhasil lolos melarikan diri ke Belanda?
4. Apa yang harus dilakukan pemerintah Indo-
nesia saat ini agar kasus kejahatan yang dila-
kukan Kapten Westerling dan anak buahnya
bisa diselesaikan secara adil?
V. Refleksi
Coba kamu pelajari sekali lagi situasi politik
pada zaman demokrasi terpimpim. T ulislah
kesan-kesanmu terhadap pemerintah Orde
Lama selama masa demokrasi terpimpin!
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
79
Black 79
Cyan 79
UJI STANDAR KOMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Pasukan Sekutu yang bertugas mengambil alih
kekuasaan dari tangan Jepang di Asia Tenggara
dipimpin oleh ... .
a. Lord Louis Mountbatten
b. Sir John Heitinga
c. A.W.S. Mallaby
d. Lord Shaw Mountbatten
2. AFNEI singkatan dari ... .
a. Alien Forces Netherlands East Indies
b. Alien Forces Netherlands Eeastern Indies
c. Allied Forces Netherlands East Indies
d. Allied Forces Netherlands Eastern Indies
3. Pasukan Sekutu dan AFNEI mendarat di Jakarta
pada tanggal ... .
a. 26-10-1945
b. 27-10-1945
c. 28-10-1945
d. 29-10-1945
4. Pasukan Sekutu ternyata diboncengi NICA.
NICA singkatan dari ... .
a. Netherlands India Civil Administration
b. Netherlands Indias Civil Administration
c. Netherland Indies Civil Administration
d. Netherlands Indies Civil Administration
5. Tokoh yang menjadi Gubernur Jaw a Timur
pada waktu peristiwa pertempuran 10 Novem-
ber 1945 di Surabaya adalah ... .
a. Sudirman
b. Roeslan Abdulgani
c. Kadim Prawirodiharjo
d. Soerjo Sungkono
6. Tewasnya pemimpin pasukan Inggris di Sura-
baya memicu serangan besar-besaran pasukan
Inggris terbadap kota Surabaya. Nama pemim-
pin pasukan Inggris itu adalah ... .
a. Brigjen T.E.D. Kelly
b. Brigjen A.W.S. Mallaby
c. Brigjen van Pool
d. Brigjen Schermernorn
7. Tujuan para pejuang membumihanguskan ko-
ta Bandung Selatan adalah agar ... .
a. tidak dimanfaatkan oleh Sekutu untuk
pertahanan
b. para pejuang dapat menyingkir jauh ke
pedesaan
c. para pejuang dapat mengamati musuh
dengan jelas
d. tidak dimanfaatkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab
8. Pertempuran besar yang terjadi pada bulan De-
sember 1945 di Medan dikenal dengan sebutan
Pertempuran ... .
a. Medan Berdarah
b. Medan Lautan Api
c. Medan Area
d. Medan Artileri
9. Pasukan Sekutu yang mendarat di Medan pada
tanggal 9 Oktober 1945 dipimpin ... .
a. Brigjen Schermernorn
b. Brigjen van Pool
c. Brigjen Christison
d. Brigjen T.E.D. Kelly
10. Berita tentang kemerdekaan Indonesia sampai
di kota Medan dibawa oleh...
a. Teuku M. Hassan
b. Mohammad Yamin
c. Teuku Daud Beureueh
d. Sjafrudin Prawiranegara
11. Setelah peristiwa Merah Putih di Manado,
NICA diusir dari Manado. Pemerintahan sipil
di Manado terbentuk pada tanggal ... .
a. 14-2-1946
b. 15-2-1946
c. 16-2-1946
d. 17-2-1946
12. Pemerintah sipil di Manado sete lah Peristiwa
Merah Putih dipimpin oleh ... sebagai residen.
a. Wolter Monginsidi
b. B.W. Lapian
c. Sam Ratulangie
d. A.J. Lasut
13. Kepala pemerintahan yang pertama di Sema-
rang setelah proklamasi kemerdekaan adalah
... .
a. Dr. Karyadi
c. Mr. Wongsonegoro
b. M. Sarbin
d. Soerjo Sungkono
14. Untuk mengenang pertempuran di Semarang,
di Simpang lima didirikan monumen perju-
angan. Monumen itu adalah ... .
a. Tugu Pahlawan
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
80
Black 80
Cyan 80
b. Tugu Palagan
c. Tugu Muda
d. Tugu Semarang
15. Belanda melaksanakan agresi militer pertama
terhadap Pulau Jawa dan Sumatera pada
tanggal ... .
a. 20 Juli 1947
b. 21 Juli 1947
c. 20 Juni 1947
d. 21 Juni 1947
16. Peristiwa berikut ini
yang bukan
merupakan wu-
jud nyata pengorbanan rakyat Jawa Barat ia-
lah ... .
a. pemberontakan DI/TII
b. peristiwa Hijrah Siliwangi 1948
c. pelucutan tentara Jepang
d. penentangan ultimatum Sekutu
17. Negara tetangga Indonesia yang tampil sebagai
pembela Indonesia dalam persoa lan Agresi
Militer Belanda I adalah ... .
a. Australia dan Mala ysia
b. Australia dan India
c. Singapura dan India
d. Singapura dan Australia
18. Pemimpin delegasi Belanda dalam Perunding-
an Linggajati adalah ... .
a. Lord Killearn
b. Schermerhorn
c. Mountbatten
d. Paul van Zeeland
19. Perjanjian Linggajati ditandatangani Belanda
dan Indonesia pada tanggal ... .
a. 22 Maret 1947
b. 23 Maret 1947
c. 24 Maret 1947
d. 25 Maret 1947
20. Dewan Keamanan PBB membentuk Komite
Jasa-jasa Baik untuk menyelesaikan perselisih-
an antara Belanda dan Indonesia tanggal ... .
a. 18 September 1947
b. 19 September 1947
c. 17 September 1947
d. 16 September 1947
21. Arti Serangan Umum 1 Maret 1949 di bidang
politik bagi Indonesia adalah ... .
a. dunia mengetahui bahwa RI masih tegak
berdiri
b. wilayah RI hanya terbatas sekitar
Yogyakarta
c. keberhasilan Belanda dalam memecah
belah bangsa Indonesia
d. persoalan Indonesia tidak lagi dibicarakan
dalam PBB
22. Perjanjian Renville dimulai pada tanggal ... .
a. 7 Desember 1947
b. 8 Desember 1947
c. 7 November 1947
d. 8 November 1947
23. Jenderal Soedirman pada waktu menghadapi
Agresi Militer Belanda dalam keadaan sakit.
Oleh karena itu, dalam menghadapi agresi
tersebut Jenderal Soedirman ... .
a. tetap dalam kota Yogyakarta
b. istirahat di rumah sakit
c. mengungsi ke luar kota
d. menyamar sebagai rakyat biasa
24. UNCI singkatan dari ... .
a. United Nations Congres for Indies
b. United Nations Commitee for Indonesia
c. United Nations Commission for Indonesia
d. United Nations Commission for Indies
25. Penandatanganan naskah pengakuan kedau-
latan Indonesia oleh Belanda dilaksanakan
pada tanggal ... .
a. 23 Desember 1949
b. 27 Desember 1949
c. 23 November 1949
d. 27 November 1949
26. Pasal-pasal dari Konstitusi RIS yang memung-
kinkan dilaksanakannya penggabungan da-
erah dan negara bagian ke dalam daerah dan
negara bagian yang lain adalah pasal ... .
a. 41 dan 42
b. 43 dan 44
c. 45 dan 46
d. 47 dan 48
27. Syarat penggabungan daerah dan negara bagi-
an ke dalam daerah dan negara bagian yang
lain adalah ... .
a. dikehendaki parlemen dan dikehendaki
rakyat
b. dikehendaki rakyat dan diatur dengan
UUDS
c. diatur dengan Undang-Undang Federal
dan dikehendaki rakyat
d. dikehendaki parlemen dan diatur dengan
UUDS
Bab 2 - Usaha Mempertahankan Kemerdekaan
81
Black 81
Cyan 81
28. Pada tanggal 5 April 1950, RIS hanya tinggal
tiga negara bagian, yakni ... .
a. RI, NST, dan Negara Pasundan
b. RI, NIT, dan NST
c. RI, NIT, dan Negara Madura
d. NIT, NST, dan Negara Sumatera Selatan
29. Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara
Negara Kesatuan Republik Indonesia disah-kan
pada tanggal ... .
a. 11 Agustus 1950
b. 12 Agustus 1950
c. 13 Agustus 1950
d. 14 Agustus 1950
30. APRA yang dipimpin oleh W esterling meng-
adakan pemberontakan dengan melakukan
pembunuhan besar-besaran di daerah ... .
a. Bandung Selatan
b. Blitar
c. Sulawesi Selatan
d. Sumatera Selatan
31. Gerombolan APRA menyerang kota Bandung
pada tanggal ... .
a. 21 Januari 1950
b. 22 Januari 1950
c. 23 Januari 1950
d. 24 Januari 1950
32. Pemberontakan Andi Azis di Ujung Pandang
selain mendapat bantuan dari Belanda juga
dibantu oleh ... .
a. Sultan Hamid I
b. Sultan Hamid II
c. A.Y. Mokoginta
d. Alex Kawilarang
33. Andi Azis menyerahkan diri kepada pemerin-
tah pada bulan ... .
a. Januari 1950
b. Februari 1950
c. Maret 1950
d. April 1950
34. Republik Maluku Selatan diproklamasikan
pada tanggal ... .
a. 26 April 1950
b. 25 April 1950
c. 24 April 1950
d. 23 April 1950
35. Pahlawan nasional yang gugur dalam pertem-
puran merebut Benteng Victoria dari tangan
RMS adalah ... .
a. Kol. Kawilarang
b. Letkol. Achmad Husein
c. Letkol Slamet Riyadi
d. Letkol Isdiman
36. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
diproklamirkan pada tanggal ... .
a. 10 Februari 1958
b. 15 Februari 1958
c. 15 Januari 1958
d. 10 Januari 1958
37. Daerah yang menyatakan tidak mendukung
pemberontakan DI/TII, ialah ... .
a. Jawa Barat
b. Aceh
c. Jawa Timur
d. Sulawesi Selatan
38. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah
tidak terjadi
di
Kota ... .
a. Tegal
b. Brebes
c. Pemalang
d. Kebumen
39. Pilot Amerika Serikat yang membantu pembe-
rontakan Permesta yang pesawatnya ditembak
jatuh adalah ... .
a. Westerling
b. A.L. Pope
c. Soumoukil
d. Kennedy
40. Letkol D.J. Somba memutuskan hubungan de-
ngan pemerintah pusat dan mendukung PRRI
pada tanggal ... .
a. 17 Februari 1958
b. 16 Februari 1958
c. 17 Februari 1957
d. 16 Februari 1857
41. Partai yang tidak termasuk empat besar yang
memenangkan pemilu 1955 ialah ... .
a. Partai Nasional Indonesia (PNI)
b. Partai Komunis Indonesia (PKI)
c. Nahdatul Ulama (NU)
d. Partai Indonesia (Partindo)
42. Dari beberapa kabinet di bawah ini, yang meru-
pakan kabinet setelah berlangsungnya Pemilu
I adalah ... .
a. Kabinet Wilopo
b. Kabinet Ali Sastroamijoyo I
c. Kabinet Sukiman
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo II
43. Maksud Belanda membentuk negara-negara
federal di wilayah Indonesia adalah sebagai
berikut,
kecuali
... .
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
82
Black 82
Cyan 82
a. menyiapkan terbentuknya RIS yang utuh
dan berdaulat
b. memperkuat pengaruh Belanda di Indone-
sia
c. memperlemah wibawa Republik Indone-
sia
d. mengendalikan Indonesia melalui melalui
negara-negara federal
44. Salah satu kegagalan dari dibentuknya negara
federal oleh Belanda adalah ... .
a. sedikitnya jumlah negara federal yang
dibentuk Belanda
b. seluruh rakyat menuntut untuk dibentuk-
nya Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. negara-negara federal cenderung me ndu-
kung Belanda daripada mendukung RI
d. negara-negara bagian mendapat otonomi
yang luas
45. Pengumuman berlakunya Undang-Undang Ke-
adaan Bahaya untuk seluruh Indonesia dilaku-
kan pada tanggal ... .
a. 26 Juni 1946
b. 28 Juni 1946
c. 29 Juni 1946
d. 30 Juni 1946
II. Jawablah dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan yang kamu ketahui tentang AFNEI!
2. Jelaskan sikap Indonesia terhadap Sekutu yang
datang ke Indonesia untuk melucuti tentara
Jepang!
3. Mengapa Surabaya mendapat julukan sebagai
kota Pahlawan? Jelaskan!
4. Apa tugas Inggris di Indonesia?
5. Apa isi kesepakatan pertem uan antara bang -
sa Indonesia dan Brigjen Mallaby di Surabaya
pada tanggal 25 Oktober 1945?
6. Jelaskan isi Perjanjian Linggajati!
7. Jelaskan Konferensi Inter-Indonesia!
8. Jelaskan arti Serangan Umum 1 Maret 1949 baik
dari segi internal maupun dari segi eks-ternal!
9. Sebutkan hasil persetujuan Roem-Royen!
10. Sebutkan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar!
11. Berilah penjelasan tentang kembalinya Indo-
nesia ke negara kesatuan!
12. Berilah penjelasan selengkap mungkin tentang
pemberontakan APRA!
13. Siapakah Andi Azis?
14. Berilah penjelasan tentang pemberontakan
Republik Maluku Selatan!
15. Sebutkan partai-partai politik pada masa de-
mokrasi liberal!
16. Daerah-daerah mana yang menyatakan ber-
ada di belakang DI/TII Kartosuwiryo?
17. Siapakah pemimpin DI/TII di Aceh dan alas-an
apa yang dijadikan dasar pemberontakan?
18. Apa pendapatmu mengenai berbagai pembe-
rontakan muncul pada tahun 1950-1959?
19. Sebutkan kabinet-kabinet yang muncul pada
masa demokrasi liberal dan masa kekuasa-
annya!
20. Berilah penjelasan tentang Dekrit Presiden 5
Juli 1959!